Selasa 30 Jan 2018 19:00 WIB

Pertamina Gandeng Oman dan Jepang Bangun Kilang di Bontang

Pembangunan kilang di Bontang ini bakal menelan biaya investasi Rp 130 triliun.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
(Ki-ka) Sekretaris Perusahaan PT Pertamina (Persero) Syahrial Mukhtar, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina (Persero) Ardhy N. Mokobombang dan Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PT Pertamina (Persero) Gigih Prakoso hadir dalam konferensi pers di Kantor Pertamina, Jakarta pada Selasa (30/1). Mereka menjelaskan penetapan mitra yang akan bersama menangani kilang di Bontang, Kalimantan Timur.
Foto: Fuji Pratiwi/Republika
(Ki-ka) Sekretaris Perusahaan PT Pertamina (Persero) Syahrial Mukhtar, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina (Persero) Ardhy N. Mokobombang dan Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PT Pertamina (Persero) Gigih Prakoso hadir dalam konferensi pers di Kantor Pertamina, Jakarta pada Selasa (30/1). Mereka menjelaskan penetapan mitra yang akan bersama menangani kilang di Bontang, Kalimantan Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah seleksi panjang, PT Pertamina (Persero) menetapkan mitra untuk membangun kilang di Bontang yakni perusahaan minyak Overseas Oil and Gas LLC (OOG) asal Oman yang menggandeng perusahaan perdagangan minyak Cosmo Oil International Pte Ltd (COI) yang merupakan unit bisnis Cosmo Energy Group asal Jepang. Proyek senilai 10 miliar dolar AS atau sekitar Rp 130 triliun diharapkan dapat beroperasi efektif mulai 2025 mendatang.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Ardhy N. Mokobombang menjelaskan, setelah seleksi lama sejak awal 2017, Pertamina sudah mendapatkan mitra untuk membangun kilang baru atau grass root refinery (GRR) Bontang. Mitra ini adalah satu konsorsium yang terdiri atas OOG yang berkolaborasi dengan COI.

Pertamina dan konsorsium ini akan berkerja sama di Bontang untuk mengolah 300 ribu barel minyak per hari dengan investasi 10 miliar dolar AS. ''Semoga tidak lama lagi kami akan menandatangani kesepakatan kerangka kerja dengan konsorsium,'' kata Ardhy dalam konferensi pers di Kantor Pertamina di Jakarta, Selasa (30/1).

Setelah penetapan mitra ini, selanjutnya Pertamina dan mitra terpilih akan menandatangani kesepakatan kerangka kerja yang dilanjutkan dengan studi kelayakan (FS) yang akan diselesaikan pada pertengahan 2019. Setelah itu, proses akan dilanjutkan dengan penyusunan paket studi teknologi (FEED) hingga akhir 2020.

Pertamina menyampaikan persyaratan terkait dengan perubahan struktur bisnis GRR Bontang kepada mitra potensial tersebut yakni dari sisi finansial Pertamina tidak ikut mendanai proyek dan Pertamina mendapatkan 10 persen saham dari proyek tanpa mengeluarkan biaya. Selain itu, Pertamina juga menyampaikan perubahan struktur bisnis terkait dengan deposit dana yang dilakukan oleh mitra.

Pertamina juga mengajukan hak pasokan minyak hingga 20 persen dari minyak mentah GRR Bontang. Pertamina tidak melakukan offtake agreement terhadap konsorsium tapi pemasaran bersama (joint marketing).

''Jadi kalau ada ekses produk dan perlu pemasaran ke luar, konsorsium yang akan memasarkan dan mengekspor. Kalau masih ada kebutuhan di dalam, Pertamina akan mengambil sesuai porsi secara B2B,'' ungkap Ardhy.

Seleksi calon mitra ini dijalankan sejak Januari 2017 yang pada awalnya diikuti oleh sekitar 100 perusahaan pendaftar hingga diperoleh delapan calon mitra potensial. Konsorsium ini dipilih karena dukungan penuh dari pemerintah Oman untuk pendanaan proyek dan penyediaan pasokan minyak mentah serta memiliki kemitraan strategis yakn COI yang akan mendukung di sisi teknis dan pemasaran produk.

Proses pemilihan ini dilaksanakan berdasarkan skema penugasan pemerintah melalui Keputusan Menteri ESDM 7935 K/10/MEM/2016 tentang Penugasan PT Pertamina Dalam Pembangunan dan Pengoperasian Kilang Minyak di Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur tanggal 9 Desember 2016. Pembangunan kilang Bontang merupakan salah satu program pemerintah untuk membangun kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR) yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi untuk Indonesia.

Pembangunan kilang di Kabupaten Bontang, Kalimantan Timur ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa penambahan kapasitas pengolahan yang akan menghasilkan produk utama berupa bensin, aftur, dan diesel. Pembangunan ini diperkirakan memberikan lapangan pekerjaan kepada lebih dari 20 ribu orang saat proyek pembangunan dan sekitar 1.600 orang saat kilang sudah pada 2025 mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement