REPUBLIKA.CO.ID, BIREUN -- Berawal dengan modal Rp 700 ribu dan mengumpulkan strerofoam bekas, Rozi Rantika mengawali usaha pertanian hidroponik di Bireun, Aceh. Setelah melewat luka-liku dan kesulitan, Rozi bersama rekan-rekanya kini sudah bisa memetik hasil karena bisa menghasilkan omzet ratusan juta rupiah per bulan berangkat dari usaha tersebut.
Rozi mengenal pertanian hidroponik saat ia mengikuti pelatihan dalam Program Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan (PSP3 ) 2015 di Lembang, Bandung. Ia pun mencoba menerapkannya saat penepatan PSP3 di Aceh Tengah. Meski masyarakatnya mayoritas petani, ilmu yang ia terapkan tdak bisa berjalan karena kesulitan bahan baku dan di sana masih luas lahan pertanian konvensional.
Dari situ ia menyimpulkan bahwa pertanian hidroponik lebih cocok di daerah sekitar kota. Karena itu, setelah selesai program penugasan, Rozi menerapkannya di kampung di Dusun Badrussalam, Desa Geulanggang Baro, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireun, yang lebih dekat dengan pusat kota.
Namun, usahanya tidak serta-merta mulus. Sebab, ketika panen tiba, ia kesulitan kemana mejualnya. Untuk memecah kebuntuan, Rozi memutuskan untuk menawarkan hasil pertanian hidroponiknya ke restauran-restauran, dan kedai-kedai, bersama pemuda-pemuda di desanya. Singkat cerita, ia mendapatkan pun kontrak menjadi suplier sayuran dengan perusahaan di Sumatera Utara yang memasok sayuran ke daerahnya. Dengan bendera CV Juang Hidroponik, Rozi dibantu ayahnya dan rekan-rekanya, mulai berkibar.
Saat ini ada dua resto dan 3 hotel yang juga menjadi mitranya. “Awal mulanya semua dari sayur, ketika saya nawarin sayur, mereka minta untuk semuanya seperti beras, telur, bahan baku dapur. Untuk omset kita pegang dua resto, 3 hotel itu kisaran 200-an juta,” tutur Rozi.
“Kami hanya menanam enam kategori sayuran (Sawi, sawi caisim, sawi pakcoy, sawi samhong, selada grand rapids). Yang lain kita beli pada petani lain untuk suplier ke resto dan hotel,” tambahnya.
Selain bisnis dasar mengembangkan pertanian hidroponik, CV Juang Hidroponik kemudian juga melayani jasa instalasi hidroponik, pupuk dan bahan baku hidroponik. selain itu juga mengembangkan produksi-produksi pangan yang berbasis bahan laku lokal. Seperti cemilan khasnya bagaimana coba dipasarkan ke retail modern.
Berkat kesuksesannya, Juara Pemuda Pelopor dan Pemuda Wirausaha tingkat Provinsi Aceh 2016 dan Runner up Pemuda Pelopor Tingat Nasional 2016 bidang Pertanian dan Kelautan ini, juga sudah mulai menjadi motivator bagi mahasiswa, sekolah, organisasi untuk menjadi wirausaha dan memberikan pelatihan pertanian hidroponik.
“Ke depan saya maunya bikin lahan seluas-luasnya dan menjadi pemasuk sayuran-sayuran berkualitas premium untuk semua kalangan,” tuturnya saat ditemui Tim Pendampingan dan Monev dari Asdep Peningkatan IMTAK dan IPTEK Kemenpora, belum lama ini.
Kegiatan Monev Kemenpora merupakan tindak lanjut dari kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas IPTEK Pemuda oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga di Bogor, Jawa Barat pada akhir Juli 2017 yang lalu. Karena Rozi merupakan satu dari 78 pemuda berasal dari dari 34 provinsi yang mengikuti pelatihan tersebut.