Jumat 24 Nov 2017 12:54 WIB

Pemerintah Dorong Holding Tambang Bisa Beli Saham Freeport

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Deputi Bidang Usaha Pertambangan Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno (tengah baju batik) bersama para direktur utama holding tambang di Kementerian BUMN, Jumat (24/11).
Foto: Rahayu Subekti/Republika
Deputi Bidang Usaha Pertambangan Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno (tengah baju batik) bersama para direktur utama holding tambang di Kementerian BUMN, Jumat (24/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persetujuan pembentukan induk perusahaan atau holding sektor pertambangan segera diresmikan pada 29 November dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Meski belum resmi, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakin holding tambang nantinya bisa menambah aset dengan memiliki saham Freeport.

Deputi Bidang Usaha Pertambangan Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno memastikan pemerintah akan berusaha sebaik mungkin agar holding tambang bisa memiliki saham Freeporte setelah divestasi disepakati. "Bagaimana caranya itu harus mampu. Itu karena harus dilakukan harus dicarikan jalannya," kata Fajar dalam konferensi pers bersama PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dan anggota holding di Kementerian BUMN, Jumat (24/11).

Fajar mengatakan sudah memiliki cara jika nantinya total aset setelah holding tambang terbentuk belum bisa mencukupi nilai saham Freeport. Dia memastikan jika tidak cukup maka akan melakukan pinjaman melalui bank agar mampu membeli saham Freeport.

Dia menyatakan sivestasi saham Freeport dinegosiasikan 51 persen untuk Indonesia. Saat ini, kata dia, Indonesia sudah mwnguasai 9,36 persen "Sisanya tinggal 41 persen itu ada bagian untuk pemerintah daerah 10 persen," ujar Fajar.

Untuk melakukan pinjaman, Fajar menjelaskan kemampuan keuangan holding tambang saat sudah disatukan maka ekuitasnya akan Rp 64,6 triliun. Begitu nantinya mencapai Rp 65 triliun, kata Fajar, akan dilakukan leverage sebanyak dua kali lipat sehinga bisa mendapatkan paling tidak Rp 120 triliun.

"Paling aman tiga kali (melakukan leverage). Posisi kita misal Rp 65 triliun untuk lakukan tiga kali levelrage jadi Rp 180 triliun. Kebutuhan Freeport berapa? Kalau itu saya nggak tahu. Taruhlah dua sampai tiga miliar dolar AS atau sekitar Rp 36 triliun. Leverage kita Rp 120 triliun," ungkap Fajar.

Untuk surat obligasi, Fajar menerangkan hal itu akan ditentukan setelah adanya rapat umum pemegang obligasi. Hanya saja ia menegaskan, upaya yang akan dilakukan jika maaih tidak cukup setelah leverage akan melakukam pinjaman ke bank pemerintah.

Setelah holding tambang terbentuk, total aset bisa mencapi Rp 87 triliun sampai Rp 90 triliun. Jika Freeport berhasil masuk ke holding tambang maka total aset diprediksi akan bertambah mencapi Rp 200 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement