Rabu 20 Sep 2017 21:21 WIB

Porsi Besar Industri Kreatif Masih di Usaha Tradisional

Randang itam Marco Padang jadi salah satu makanan unggulan di Festival Kuliner Nusantara di Pondok Indah Mall.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Randang itam Marco Padang jadi salah satu makanan unggulan di Festival Kuliner Nusantara di Pondok Indah Mall.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Founder Sebangsa dan Direktur Eksekutif 1000 Startup Enda Nasution mengakui porsi besar industri kreatif di Indonesia masih di usaha tradisional, seperti kerajinan dan kuliner.

"Di Indonesia, yang banyak disebut insan kreatif porsi besarnya masih di kerajinan dan kuliner yang sifatnya tradisional. Persoalannya, pemanfaatan digitalnya masih kurang," katanya di Semarang, Rabu (20/9).

Hal tersebut diungkapkannya usai menjadi pembicara pada Digital Media Worshop bertema "Digital Transformation Be Ready to Ride the Wave" yang diprakarsai Indosat Ooredoo di Hotel Novotel Semarang.

Ia mencontohkan usaha kecil dan menengah (UKM) kuliner yang bisnisnya selama ini sudah berjalan baik dan penghasilan atau omzetnya juga sudah oke meski pemasarannya berjalan secara tradisional. "Ya, bisnis mereka tetap berjalan. Tetapi, harus memiliki perspektif yang lebih baru, lebih fresh, misalnya memanfaatkan website," kata Cheif Operation Officer Suvarna.Id tersebut.

Di sisi lain, kata Enda, biasanya pelaku industri kreatif yang masih bersifat tradisional itu berpikir keahlian mereka sebagai bagian warisan keluarga, misalnya membuat tenun yang bermodel sama. "Bahkan, mereka tidak memikirkan hak atas kekayaan intelektual (HAKI). Biasanya, para crafter tradisional menganggap desainnya dimiliki bersama, misalnya satu kampung karena warisan keluarga," katanya.

Padahal, kata dia, terkadang membuat pengrajin tradisional dirugikan ketika nantinya desain mereka, misalnya diakui dan didaftarkan sebagai trademark atau merek dagang oleh pengusaha asing. "Ya, saya melihat ada kecenderungan masih resisten terhadap perubahan, tidak melihat sebagai kebutuhan untuk sesuatu yang harus diubah, dan memang bukan berpikir sebagai pebisnis," katanya.

Meski demikian, ia berharap keberadaan industri kreatif, terutama di sektor kerajinan dan kuliner yang memegang porsi cukup besar akan semakin berkembang dengan memanfaatkan perubahan di era digital. "Ya, subsektor industri kreatif yang lain kan masih banyak. Namun, porsinya memang masih kecil. Untuk subsektor tertentu, seperti animasi, film, dan software kecenderungan mulai tumbuh," katanya.

Semestinya, kata dia, seluruh subsektor industri kreatif bisa bertumbuh tanpa saling menggeser subsektor yang sudah berkembang, apalagi industri kreatif yang sudah akrab dengan pemanfaatan teknologi informasi (IT). "Seperti industri software, aplikasi, dan subsektor industri kreatif lain yang sudah mengaplikasi teknologi digital seharusnya bisa bertumbuh lebih cepat ke depannya," ujar Enda.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement