Jumat 15 Sep 2017 18:46 WIB

Komoditas Lobster Rembang Diekspor ke Vietnam

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Lilik Harijanto memperlihatkan komoditas lobster hasil budi dayanya.
Foto: Bowo Pribadi
Lilik Harijanto memperlihatkan komoditas lobster hasil budi dayanya.

REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG -- Suplier lobster asal Desa Sukoharjo, Kecamatan/Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Lilik Harijanto (47 tahun), merupakan salah satu pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang merasakan manfaat bantuan permodalan melalui program corporate social responsibility (CSR) PT Semen Indonesia. Ia mengaku sangat terbantu oleh CSR pemberdayaan perekonomian ini.

“Bagi saya baru kali ini bisa menikmati bantuan pinjaman permodalan yang mudah dan ringan sekali,” jelasnya, saat ditemui di tempat usahanya.

Ia mengungkapkan, sudah menekuni usaha dagang lobster sejak 2010. Pada awalnya, dirinya sangat membutuhkan penguatan modal untuk meningkatkan cakupan pelanggan serta infrastruktur untuk memelihara agar lobster tetap bisa hidup meskipun dikirim ke luar Rembang.

“Guna memperluas cakupan pelanggan, kami ini butuh dukungan modal untuk membeli boks fiber tempat lobster untuk nelayan dan ABK. Hal ini penting agar komoditas lobster tetap memiliki nilai ekonomi yang tinggi,” jelasnya.

Lilik mengenang, awalnya  mendapatkan kucuran pinjaman lunak Rp 40 juta tanpa ada potongan dan langsung masuk ke rekeningnya dari program CSR Semen Indonesia pada 2014 silam.

Saat itu ia baru mampu memasok rata-rata hanya satu  koli atau 17 kilogram (kg) lobster kepada pembeli di Surabaya. Sesuai kemampuan modal usahanya, Lilik baru bermitra dengan tiga kapal nelayan di Rembang.

“Sebelumnya, saya sempat beberapa tahun mengalami stagnasi usaha seperti ini. Mau meningkatkan kapasitas, modalnya tidak ada. Sementara permintaan pasar lobster terus meningkat,” katanya.

Berkat suntikan permodalan lunak tahap pertama dan tahap kedua, kini Lilik telah menjadi jutawan. Sekarang sudah bermitra dengan 14 kapal penangkap ikan dan mampu melibatkan 202 nelayan.

Selain itu, ia juga telah memiliki kolam transit untuk lobster di rumahnya, guna memastikan lobster dari nelayan tetap hidup sampai di tujuan pengiriman. Daerah tujuan pengiriman lobster pun telah meluas dari Rembang, Semarang, Bali, Jakarta, hingga ke Batam.

Bahkan saat ini Lilik juga menjadi salah satu suplier tetap lobster bagi salah satu perusahaan eksportir hasil perikanan di Rembang. Sehingga pasokan lobsternya juga diekspor hingga Vietnam dan Singapura.    

Kini, ia mampu mengirim lobster hidup rata-rata 30 koli atau omzet minimal mencapai Rp 200 juta per bulan. Ini jika dihitung asumsi harga satu ekor lob­ster Rp 350 ribu dan volume per koli men­capai 17 kg.

Padahal untuk satu ekor lobster mutiara harga jualnya mencapai Rp 900 ribu per ekor dengan berat di atas satu kg. Sementara lobster jenis bambu dan jenis Pakistan dijual berkisar Rp 350 ribu hingga Rp 400 per ekor.

Sebagai kepala desa, Lilik kini juga tengah merintis pemesanan masakan olahan lobster dengan memberdayakan ibu-ibu PKK di Dukuh Jrakah, Desa Sukoharjo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement