Rabu 14 Jun 2017 20:52 WIB

Bulog: Jagung Impor Belum Semua Tersalurkan ke Peternak

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nur Aini
Seorang petani tengah memanen jagung miliknya (ilustrasi).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Seorang petani tengah memanen jagung miliknya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Perum Bulog mengakui jagung impor sebanyak 200 ribu ton yang didatangkan dari Brazil pada akhir tahun 2016 lalu belum semuanya tersalurkan. Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, saat ini masih tersisa 62 ribu ton jagung untuk keperluan pakan ternak yang belum terserap.

Menurut Djarot, komunikasi yang tidak lancar antara Bulog dengan peternak menjadi penyebab utama keterlambatan penyerapan tersebut. Selama ini, peternak kerap mengeluh pakan langka. Sementara Bulog juga belum mampu menyalurkan semua stok jagung impor yang ada.

Karena penyerapan yang lamban itu, Djarot juga mengakui sebagian sisa jagung sudah mengalami penurunan mutu. "Makanya kita perlu segera bergerak sebelum makin banyak yang turun mutu. Karena itu kan potensi kerugian," kata Djarot, usai melakukan audiensi dengan sejumlah peternak di kantornya, Jakarta, Rabu (14/6).

Dalam kesempatan yang sama, salah satu peternak ayam petelur asal Kendal, Jawa Tengah, Suardi, mengaku beberapa kali menerima jagung yang kondisinya sudah tak lagi bagus. Karena itu, ia telah merugi karena harus menanggung biaya ongkos memulangkan kembali truk berisi pakan ternak itu ke gudang Bulog.

Peternak lain, Untung Suprana, juga mengeluhkan hal yang sama. Selain kondisi barang yang buruk, ia juga mengeluhkan mahalnya harga pakan ternak. Sementara, harga telur justru anjlok.

Menanggapi keluhan-keluhan tersebut, Djarot menyatakan bahwa Bulog siap memfasilitasi keinginan peternak. Ia meminta agar ke depan peternak memberi masukan pada Bulog mengenai pakan yang mereka inginkan.

"Tentunya peternak kan punya jaringan. Tolong kasih tahu ke Bulog kalau ada yang kualitasnya cocok, harganya cocok, biar saya bayarin, saya kirim ke tempat peternak mau," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement