REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Managing Director Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata mengatakan penentuan kuota jumlah kendaraan menjadi salah satu kebijakan yang tidak sesuai dengan kondisi pasar. Ridzki mengatakan pembatasan kuota malah akan menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat dan membuat kebutuhan masyarakat menjadi tak tercukupi.
Ridzki menjelaskan dalam menentukan kuota harus melihat bagaimana kondisi pasar saat ini. Ia menjelaskan, dari sisi pelanggan, transportasi daring saat ini menjadi transportasi publik yang menjadi pilihan utama. Ia mengatakan permintaan pelanggan atas transportasi daring ini meningkat.
"Yang terjadi saat ini adalah permintaan pelanggan untuk transportasi publik ini meningkat, terutama kepada grab. Tahun 2016 saja kami naik 600 persen dibanding tahun 2015," ujar Ridzki saat ditemui di Kantor Kemenko Maritim, Rabu (22/3).
Ridzki mengatakan jika kuota dibatasi, maka bagaimana cara untuk memenuhi permintaan pasar saat ini. Ia juga mengatakan, kondisi pasar akan terus meningkat hingga beberapa tahun mendatang. Peningkatan ini bahkan tak terjadi dalam rentang waktu yang lama, dalam satu pekan, permintaan terus bertambah.
"Okelah, katakanlah pemerintah menaruh kuota 500. Sebulan, kebutuhan meningkat. Ini berpotensi para pelanggan juga kesulitan mendapatkan fasilitas tersebut. Itu metode kita, angka itu nanti satu dua minggu pasti ada pertumbuhan," ujar Ridzki.
Lihat juga: Mulai 1 April 2017, Transportasi Daring Terikat Permenhub Ini
Ridzki menilai, pembatasan kuota juga akan berpengaruh pada sisi mitra pengemudi. Ridzki mengatakan salah satu misi ketiga dari transportasi daring adalah meningkatkan taraf hidup para mitra pengemudi. Hal ini terbukti dari peningkatan taraf hidup para mitra pengemudi saat ini.
"Kami melihat bagaimana pendapatan mereka. Bagaimana produktifitas mereka. Apakah masih taraf produktif? Mereka sangat produktif. Kebutuhan pelanggan meningkat terus," ujar Ridzki.
Ia mengatakan, persoalan kuota sebaiknya memang tidak dibatasi. Bagaimanapun permintaan pasar dan kondisi masyarakatlah menjadi penentu dari kondisi saat ini. Ia mengatakan masyarakat merupakan motor utama dari persoalan ini.
"The best way, maka memakai mekanisme pasar. Ini ditentukan berapa pendapatan dan pendapatan para mitra pengemudi," ujar Ridzki.