Selasa 29 Jul 2025 13:06 WIB

BKPM Sebut Investasi Sektor Hilirisasi Tumbuh Tinggi

Pemerintah terus mendorong percepatan program hilirisasi.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Satria K Yudha
Pekerja berjalan di lokasi Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur, Kamis (6/2/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Rizal Hanafi
Pekerja berjalan di lokasi Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur, Kamis (6/2/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani menyampaikan realisasi investasi sektor hilirisasi pada semester I 2025 mencapai Rp280,8 triliun, atau berkontribusi 29,8 persen dari total investasi nasional sebesar Rp942,9 triliun. Angka ini tumbuh signifikan 54,8 persen secara tahunan (yoy).

“Kalau kita lihat angkanya sekarang 29,8 persen. Tadi (realisasi investasi hilirisasi kuartal II 2025) 30 persen lebih. Jadi trennya ini terus meningkat,” ujar Rosan dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jakarta Selatan, Selasa (29/7/2025).

Baca Juga

Rosan memerinci, sektor mineral menjadi penyumbang terbesar dengan nilai investasi Rp193,8 triliun. Rinciannya terdiri dari nikel Rp94,1 triliun, tembaga Rp40 triliun, dan bauksit Rp27,7 triliun.

Sektor lainnya meliputi perkebunan dan kehutanan (Rp67,4 triliun), migas (Rp17,3 triliun), serta perikanan dan kelautan (Rp2,3 triliun).

Ia menyebut pemerintah terus mendorong percepatan hilirisasi, termasuk melalui proyek-proyek strategis seperti pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik senilai Rp150 triliun di Karawang, Jawa Barat.

“Itu investasinya akan ada yang masuk lagi. Memang kita mendorong supaya penggunaan dari energi hijau ini, baterai listrik mempunyai peran yang penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan juga investasi yang berkelanjutan,” ujar Rosan.

Dari sisi wilayah, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara menjadi dua provinsi dengan investasi hilirisasi terbesar sepanjang paruh pertama tahun ini.

Di Sulawesi Tengah, nilai investasi tercatat Rp55,4 triliun atau 19,7 persen, sedangkan di Maluku Utara mencapai Rp33,9 triliun atau 12,1 persen.

“Terkonsentrasinya banyak di luar Jawa terutama di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. Karena dua daerah itu memang mempunyai cadangan yang sangat besar terutama di nikel,” kata Rosan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement