Selasa 07 Feb 2017 11:44 WIB

Ekonom: Laju Ekspor Tutupi Lemahnya Belanja Fiskal

Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal IV 2016 yang melambat ke 4,94 persen secara year on year (yoy) dinilai tidak mengubah tren pertumbuhan PDB yang positif, sejalan dengan perbaikan harga komoditas yang Indonesia ekspor.

Analis Riset Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menjelaskan, pertumbuhan ekspor yang terus membaik berhasil menutupi anjloknya kontribusi belanja pemerintah sehingga pertumbuhan PDB hanya melambat ke 4,94 persen (yoy), sejalan dengan perkiraannya, tetapi di bawah perkiraan konsensus yang sebesar 5,0 persen (yoy).

"Perlambatan ini tidak mengubah tren pertumbuhan PDB yang telah positif, sejalan dengan perbaikan harga komoditas yang Indonesia ekspor," kata Rangga, Selasa (7/2).

Rangga menuturkan, ancaman pemangkasan belanja pemerintah masih ada, tetapi tingginya harga komoditas bisa mendongkrak pendapatan fiskal. Pertumbuhan 2017 diperkirakan naik ke 5,2 persen (yoy) dari 5,02 persen (yoy) pada 2016.

Kontribusi belanja pemerintah yang sempat naik di semester 1 2016 ternyata harus terkoreksi dalam menjelang akhir tahun. Bukan hanya karena realisasi pendapatan Negara yang di bawah target, tetapi juga akibat pemerintah yang memprioritaskan stabilisasi fiskal.

Tercatat defisit fiskal 2016 terhadap PDB hanya 2,45 persen akibat realisasi belanja yang hanya 89 persen dari target. Pada 2017, kenaikan harga komoditas diyakini memberikan dampak positif terhadap pendapatan Negara sehingga kontribusi belanja pemerintah bisa kembali naik.

Di tengah perlambatan, mesin utama pertumbuhan PDB yaitu ekspor dan investasi, berhasil tumbuh lebih cepat. Pertumbuhan ekspor untuk pertama kalinya semenjak kuartal III 2016 tumbuh positif, sejalan dengan penguatan harga komoditas yang drastis.

"Ke depan, konsistensi tren naik harga komoditas akan mendorong pertumbuhan ekspor, dan investasi, yang lebih cepat sehingga pertumbuhan PDB diperkirakan membaik ke 5,2 persen (yoy)," tutur Rangga.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, lanjut Rangga, nantinya juga membaik. Biasanya butuh waktu lebih lama untuk memfaktorkan kenaikan harga komoditas. Ia memproyeksi PDB sepanjang 2017 bisa tumbuh sebesar 5,2 persen.

Di sisi lain, konsolidasi fiskal tidak hanya menekan pertumbuhan di bawah target pemerintah yang 5,2 persen (yoy), tetapi juga telah memicu kenaikan inflasi. Inflasi akhir tahun 2017 ia perkirakan akan berada di 4,6 persen (yoy).

Hal itu menyebabkan ruang BI untuk terus memprioritaskan pertumbuhan menjadi lebih sempit, apalagi di tengah risiko kenaikan lanjutan FFR target. Membaiknya mesin pertumbuhan utama, ekspor dan investasi, juga menjadi indikasi bahwa siklus pelonggaran moneter sudah harus berakhir.

RDG BI dijadwalkan pada 15-16 Februari 2017 dan BI 7 day Reverse Repo rate diperkirakan masih tetap di 4,75 persen. Ia memproyeksi BI 7 day Reverse Repo rate akan berada di 4,75 persen per tahun 2017.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement