REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank UOB Indonesia (UOB Indonesia) menargetkan pertumbuhan kartu kredit double digit pada tahun depan. Target ini sejalan dengan rencana Bank Indonesia (BI) yang akan memperketat aturan dengan menurunkan batas atas atau capping suku bunga kartu kredit dari 2,95 persen menjadi 2,25 persen.
"Lebih dari 10 persen," kata Kepala Personal Financial Services UOB Indonesia Lynn Ramli di Jakarta, Rabu (14/12).
Lynn mengatakan, saat ini UOB telah mendistribusikan lebih dari 350 ribu kartu kredit dengan total pembayaran tahun ini menembus Rp 7 triliun. Meski mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, angka tersebut diakuinya masih cukup rendah sehingga ia optimis untuk menggarap lebih banyak konsumen.
"Pangasa pasar kita belum besar, sebenarnya sih banyak kesempatan mengambil konsumen baru," ujarnya.
Untuk saat ini, kebanyakan nasabah kartu kredit UOB merupakan kalangan menengah ke atas. Namun menurutnya, tidak menutup kemungkinan untuk merangkul mereka yang pertama kali membuka kartu kredit. Ditambah dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dicanangkan akan lebih membaik tahun depan sekitar 5 persen.
Ritel menjadi salah satu penyumbang utama dalam transaski kartu kredit UOB hingga di atas 50-60 persen. Itu artinya, geliat konusmsi dari nasabah cukup tinggi. Saat ini tren e-commerce juga menurutnya mulai meningkat dan membuat masyarakat Indonesia cukup nyaman untuk bertransaksi secara daring.
Dalam kesempatan tersebut ia menegaskan, UOB berupaya sebaik mungkin membantu nasabah dengan memberikan plafon minimum Rp 5 juta hingga setinggi-tingginya. "Tergantung kemampuan," kata dia.