REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kajian Kemiskinan dan Perlindungan Sosial Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonmi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teguh Dartanto mengatakan, pada 2017 mendatang industri yang menjadi penggerak ekonomi diperkirakan masih seputar proyek-proyek infrastruktur. Sebab, hal ini merupakan proyek yang sedang gencar digenjot oleh pemerintah.
"Diperkirakan 2017, proyek infrastruktur satu persatu sudah jalan. Pemerintah fokusnya masih kesitu, tapi hasilnya memang belum diketahui dampaknya," ujar Teguh, Rabu (12/10).
Teguh menjelaskan, pembangunan infrastruktur dapat menjadi insentif untuk memancing pertumbuhan industri manufaktur namun hal tersebut tergantung pada kesiapannya. Misalnya, kesiapan fasilitas listrik dengan pembangunan power plant maupun kawasan industrinya.
Selain itu, pemerintah juga harus melakukan evaluasi terhadap reformasi birokrasi yang sudah dilakukan. Paket-paket kebijakan ekonomi yang sudah dikeluarkan perlu dievaluasi secara mendalam, untuk mengetahui efektivitas dan juga tata kelolanya.
Saya rasa yang dilakukan dari sisi ekonomi, reform itu jalan. Tapi memang ada permasalahan di tata kelolanya, ada kegaduhan-kegaduhan yang gak perlu banyak terjadi," kata Teguh.
Industri lainnya yang memberikan kontribusi dan akan bertumbuh pada 2017 yakni transportasi yakni ekspedisi logistik. Menurut Teguh, akan ada beberapa investor asing yang berinvestasi di sektor logistik dalam bentuk joint venture, salah satunya yakni Singapura.
Momen pilkada juga diperkirakan bakal menumbuhkan industri percetakan dan memberikan sumbangsih terhadap perekonomian Indonesia. Sementara, industri manufaktur pertumbuhannya diperkirakan masih belum signifikan.