Senin 03 Oct 2016 14:08 WIB

Rokok Jadi Salah Satu Penyumbang Inflasi Terbesar

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Nur Aini
Harga rokok, ilustrasi
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Harga rokok, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS)  mengumumkan laju inflasi September 2016 sebesar 0,22 persen. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau dan kelompok perumahan air, listrik gas, dan bahan bakar menjadi penyumbang inflasi terbesar.

Kepala BPS Kecuk Suhariyanto menjelaskan, kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok, tembakau mengalami inflasi 0,34 persen atau inflasi tertinggi dari semua kelompok pengeluaran. Kelompok ini menyumbang andil inflasi sebesar 0,06 persen.

Kecuk mengatakan, komoditas yang dominan memberikan andil inflasi dalam kelompok pengeluaran ini adalah rokok kretek filter 0,02 persen, rokok kretek, dan rokok putih 0,01 persen. "Kalau kita lihat andil inflasi dari rokok ini lumayan tinggi," kata Kecuk dalam paparannya di kantor BPS, Jakarta, Senin (3/10).

Dia mengatakan, harga rokok sebenarnya belum mengalami kenaikan di level produsen. Kenaikan terjadi di level eceran karena sebelumnya beredar isu bahwa harga rokok akan naik menjadi Rp 50 ribu per bungkus. "Isu itu berpengaruh terhadap harga rokok di eceran," ujar Kecuk.

Sedangkan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami inflasi 0,29 persen dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,07 persen. Kecuk menjelaskan, semua subkelompok pada kelompok pengeluaran ini mengalami inflasi Misalnya adalah tarif listrik yang naik 0,02 persen dan tarif air minum PAM 0,01 persen. Sedangkan harga bahan bakar, penerangan dan air naik 0,47 persen.

Baca juga: BPS Catat Harga Beras Mulai Naik

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement