REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan pada Februari 2023 mencapai 5,47 persen yang lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan Januari 2023 sebesar 5,28 persen. Lalu inflasi bulanan pada Februari 2023 mencapai 0,16 persen yang lebih rendah dibandingkan inflasi Januari 2023 sebesar 0,34 persen.
“Penyumbang utama inflasi tahunan diantaranya adalah komoditas bensin, beras, bahan bakar rumah tangga, rokok kretek filter, dan tarif angkutan udara,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Rabu (1/3/2023).
Dia menjelaskan bensin memberikan andil pada inflasi sebesar 1,07 persen, beras sebesar 0,32 persen, dan bahan bakar rumah sebesar 0,22 persen. Sementara itu rokok kretek filter memberikan andil 0,20 persen kepada inflasi dan tarif angkutan udara memberikan andil 0,17 persen.
Sementara itu, Pudji mengatakan penyumbang inflasi bulanan yaitu komoditas beras, rokok kretek filter, bawang merah, cabai merah, dan rokok putih. “Komoditas ini memiliki andil masing-masing sebesar 0,08 persen, 0,04 persen, 0,03 persen, 0,02 persen, dan 0,01 persen,” ucap Pudji.
Dia menambahkan, pada Februari 2023 inflasi tahunan sebesar 5,47 persen tercatat dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,16. Pudji menuturkan, inflasi tahunan tertunggi terjadi di Kotabaru sebesar 7,88 persen dengan IHK sebesar 120,04 dan terendah terjadi di Waingapu sebesar 3,57 persen dengan IHK sebesar 112,74.