REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bank Dunia menyatakan bahwa akibat kelesuan perekonomian di dunia sejumlah negara mulai melakukan perbaikan untuk mengentaskan kemiskinan. Perbaikan untuk mengentaskan kemiskinan ekstrem lebih banyak didorong oleh kawasan Asia Timur dan Pasifik, terutama Cina, Indonesia, dan India.
"Cukup mengesankan bagaimana negara-negara terus mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan, walaupun perekonomian dunia kurang mendukung," ujar Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dalam keterangan tertulisnya, Senin (3/10).
Setengah dari penduduk miskin esktrem di dunia berasal dari kawasan Afrika Sub-Sahara, dan sepertiga lainnya tersebar di Asia Selatan. Menurut edisi pertama dari Laporan Kemiskinan dan Kesejahteraan Bersama atau Proverty and Shared Prosperity Report, menyatakan bahwa pada 2013 terdapat 800 juta orang yang bertahan dengan penghasilan kurang dari 1,9 dolar AS per hari.
Dari 83 negara yang dilaporkan, sebanyak 60 negara sejak 2008 pendapatan masyarakatnya yang rata-rata hidup di bawah 40 persen telah meningkat. Di tengah kondisi krisi pada saat itu, negara-negara tersebut telah melakukan upaya perbaikan kemiskinan. Apalagi, negara-negara tersebut mewakili 67 persen penduduk dunia.
Kim mengatakan, pengurangan ketimpangan yang tinggi semakin penting agar tercapai target pengentasan kemiskinan ekstrem pada 2030."Kita berisiko tidak mencapai target pengentasan kemiskinan ekstrem pada 2030, kecuali dengan kembalinya laju pertumbuhan yang lebih cepat agar mengurangi ketimpangan," kata Kim.
Menurut Kim, hal yang diperlukan untuk mengurangi kemiskinan yakni dengan memperluas lapangan kerja agar masyarakat miskin bisa terbantu. Selain itu, salah satu cara paling meyakinkan adalah adanya pengurangan ketimpangan yang tinggi terutama di negara-negara yang banyak rakyat miskin.