Sabtu 01 Oct 2016 10:38 WIB

Mulai Hari Ini, IMF Akui Yuan Jadi Mata Uang Internasional

IMF
Foto: www.topnews.in
IMF

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional (IMF) mengumumkan peluncuran keranjang mata uang cadangan elit baru termasuk mata uang Cina yakni yuan atau renminbi (RMB). "Mulai besok (1 Oktober), renminbi akan dianggap oleh masyarakat internasional sebagai mata uang internasional yang dapat digunakan secara bebas, dan akan bergabung dengan keranjang Special Drawing Right (SDR) bersama-sama dengan dolar AS, euro, yen dan pound Inggris," ujar Direktor Pelaksana IMF Christine Lagarde.

Lagarde mengatakan masuknya yuan dalam keranjang Special Drawing Right akan membuat komposisi lebih mencerminkan mata uang global dan ekonomi global. Dia menuturkan dimasukkannya RMB adalah "langkah penting" dalam integrasi ekonomi Cina ke dalam sistem keuangan dan moneter global. Itu juga mencerminkan kemajuan yang dicapai dalam reformasi moneter, devisa dan sistem keuangan Cina.

Jin Zhongxia, direktur eksekutif IMF untuk Cina mengatakan bahwa ini adalah 'titik awal baru' untuk reformasi ekonomi dan pembangunan Cina. Menurutnya, Cina akan terus mendorong reformasi keuangan menyusul inklusi formal RMB ke dalam keranjang mata uang cadangan. Dewan eksekutif IMF memutuskan jumlah dari setiap mata uang dalam keranjang SDR baru, yang akan masih tetap selama lima tahun ke depan sampai kajian keranjang SDR berikutnya.

"Kelanjutan dan pendalaman upaya-upaya ini, dengan pengamanan yang memadai, akan membawa sistem moneter dan keuangan internasional lebih kuat, yang pada gilirannya akan baik untuk stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Cina dan internasional," kata Lagarde.

Para ekonom mengatakan status cadangan global RMB juga berarti bahwa yuan akan menjadi mata uang emerging market pertama yang dapat digunakan untuk menyelesaikan kredit dan utang IMF. "Sebelumnya, belum pernah ada mata uang emerging market yang digunakan untuk transaksi internasional di IMF untuk meminjam dan meminjamkan. Ini adalah pertama kalinya yang pernah terjadi," kata Tamim Bayoumi, rekan senior di Peterson Institute for International Economics.

sumber : antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement