REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, kondisi stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia berada dalam kondisi normal di tengah beberapa indikator kinerja sektor jasa keuangan yang perlu dicermati lebih mendalam. Sementara itu, pasar keuangan dunia pada Agustus 2016 bergerak mixed.
Pelaksana tugas Deputi Komisioner Manajemen Strategis IB OJK Slamet Edy Purnomo mengatakan, pergerakan mixed nilai tukar global turut dipengaruhi oleh ketidakpastian yang masih meliputi pemulihan ekonomi global serta sentimen hawkish the Fed di akhir bulan terkait kenaikan suku bunga perbankan AS, Fed Funds Rate (FFR). Namun demikian, mayoritas nilai tukar di emerging market masih menguat ditopang oleh penguatan harga minyak dan komoditas.
"Sentimen kenaikan FFR tersebut juga memiliki pengaruh yang relatif terbatas pada pasar saham global, sehingga mayoritas pasar saham global masih mengalami penguatan di Agustus 2016," ujar Edy dalam keterangan tertulisnya, Kamis (15/9).
Sementara itu, pasar saham domestik terpantau menguat. Penguatan pasar saham merupakan imbas dari sentimen tax amnesty dan reshuffle kabinet pada Juli 2016.
Edy menjelaskan, dibandingkan bulan sebelumnya, IHSG tumbuh sebesar 3,26 persen dengan investor nonresiden yang mencatat nett buy signifikan di pasar saham sebesar Rp 12,9 triliun.
Pasar saham sempat menembus level 5.461,45 yang merupakan level tertinggi sejak Mei 2015. Selama dua minggu terakhir, pasar mulai mengalami koreksi dan ditutup pada level 5.386 antara lain disebabkan aksi portfolio rebalancing oleh investor.
Sedangkan, pasar Surat Berharga Negara (SBN) terpantau melemah tipis. Yield SBN pada bulan Agustus 2016 meningkat rata-rata sebesar 7 bps. Namun, dalam periode tersebut investor nonresiden masih mencatat nett buy di pasar SBN sebesar Rp 9,06 triliun.