REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BRI) menyatakan penundaan peluncuran dan operasi satelit BRIsat tidak menimbulkan kerugian finansial karena kerusakan hanya pada roket peluncur Ariane 5.
Sekretaris Perusahaan BRI Hari Siaga Amijarso saat dihubungi di Jakarta, Selasa, mengatakan, biaya penanganan kerusakan roket peluncur Ariane 5 ditanggung oleh perusahaan Arianespace. Sedangkan, untuk satelit BRIsat, tidak ada kerusakan sama sekali. Posisi BRIsat saat ini masih solid dan siap luncur.
"Yang nanggung Arianespace karena rusaknya pada roket peluncur," ujarnya. Hari mengatakan, kerusakan roket Ariane 5 terletak pada konektor cair (fluid connector). Menurut dia, pihak Arianespace sudah memulai penanganan kerusakan itu.
Namun, Hari belum bisa memastikan sampai kapan penundaan peluncuran satelit senilai Rp 3,375 triliun itu. Dia hanya mengatakan, penundaan itu tidak akan lama.
Direkur BRI Sis Apik Wijayanto yakin peluncuran BRIsat tetap dapat dilakukan pada bulan ini. "Itu tidak akan lama, tetap akan diluncurkan pada Juni ini," katanya.
Jika pembuat roket peluncur adalah Arianespace asal Prancis, manufaktur BRIsat dilakukan oleh perusahaan asal Amerika Serikat, yakni Space System/Local (SSL).
Satelit BRIsat sudah dinyatakan lolos uji kelayakan dan tes performa akhir. Satelit itu rencananya akan diluncurkan di Kourou, French Guiana, Amerika Selatan, pada 8 Juni 2016 waktu setempat atau 9 Juni 2016 dini hari waktu Indonesia barat.
BRIsat akan membantu BRI untuk memperluas jangkauan layanan keuangan ke daerah-daerah terpencil dan memasok infrastruktur digital kepada 59 ribu agen Laku Pandai BRI.
Dengan BRIsat, emiten bersandi BBRI itu menjadi satu-satunya perbankan di dunia yang memiliki dan mengoperasikan satelitnya sendiri.