REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi (27/5) bergerak menguat sebesar 41 poin menjadi Rp 13.543 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.584 per dolar AS.
"Kurs rupiah menguat sejalan dengan pelemahan dolar AS di pasar uang Asia. Kombinasi antara tren naik harga komoditas cukup mampu membawa dorongan penguatan tidak hanya terhadap rupiah tetapi juga terhadap aset berdenominasi rupiah lainnya," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Jumat.
Rangga menambahkan bahwa selain masih menunggu hasil kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty dan peringkat utang oleh Standard & Poor's (S&P), fokus pelaku pasar mulai tertuju pada angka inflasi Mei 2016 yang sedianya akan diumumkan pekan depan. "Survei Bank Indonesia memperkirakan inflasi tahunan jauh lebih rendah di level 3,2 persen year on year," katanya.
Inflasi yang rendah, kata dia, akan menambah alasan bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) di tengah pelambatan produk domestik bruto (PDB).
"Situasi yang cukup kondusif itu membuka peluang rupiah untuk melanjutkan tren penguatannya," katanya.
Sementara itu, analis pasar uang Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong menambahkan bahwa indeks dolar AS mengalami koreksi setelah minat belanja bisnis Amerika Serikat melemah sehingga menjadikan ketidakpastian kenaikan suku bunga The Fed. Di sisi lain, kata dia, fokus perhatian pasar saat ini juga sedang tertuju pada Gubernur Bank Sentral AS/ The Fed Janet Yellen yang akan memberikan pernyataan di sebuah acara panel yang diselenggarakan oleh Harvard University pada akhir pekan ini, dimana data revisi pertama untuk produk domestik bruto (PDB) kuartal I 2016 dan sentimen konsumen AS dirilis.