REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat 45 poin menuju level Rp 16.295 per dolar AS pada perdagangan Jumat (18/7/2025). Penguatan ini dinilai terjadi seiring adanya kesepakatan kebijakan tarif produk ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.
“Pemerintah mengklaim kemenangan diplomatik usai tercapainya kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat. Presiden Prabowo Subianto dan Presiden AS Donald Trump menyebut kesepakatan tersebut sebagai babak baru hubungan perdagangan yang saling menguntungkan,” ujar Pengamat Mata Uang, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangannya, Jumat (18/7/2025).
Namun, di balik gegap gempita sambutan resmi, para ekonom memperingatkan bahwa perjanjian tersebut bisa membawa risiko serius, mulai dari ketimpangan perdagangan hingga ancaman terhadap kedaulatan energi dan pangan nasional.
Sebagai informasi, Trump menyatakan kesepakatan antara Indonesia dan AS membuka seluruh pasar Indonesia bagi Negeri Paman Sam untuk pertama kalinya dalam sejarah. Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Indonesia tidak hanya akan memberikan akses pasar yang lebih leluasa kepada AS.
Indonesia akan mengimpor energi dari negara tersebut senilai 15 miliar dolar AS atau sekitar Rp 244,56 triliun (asumsi kurs Rp 16.304 per dolar AS). Selain itu, pemerintah Indonesia juga akan mengimpor produk pertanian AS senilai 4,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 73,36 triliun. Di samping itu, RI juga akan mengimpor 50 pesawat Boeing, mayoritas tipe Boeing 777.
Ibrahim melanjutkan, secara global pasar mencermati ketidakpastian tarif dan kebijakan The Fed, setelah data minggu ini menunjukkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) AS sedikit di atas ekspektasi. Hal ini menyoroti dampak awal tarif perdagangan Presiden Donald Trump.
“Data IHK telah memperkuat sikap hati-hati The Fed terhadap suku bunga. Beberapa pejabat The Fed mencatat minggu ini bahwa inflasi masih stagnan dan kenaikan baru-baru ini mungkin mencerminkan penerapan tarif lebih awal ke harga konsumen,” terangnya.
Oleh karena itu, lanjut Ibrahim, investor semakin yakin Federal Reserve tidak akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Sementara itu, kekhawatiran atas independensi bank sentral diperburuk oleh meningkatnya ketegangan antara Presiden Trump dan Ketua The Fed Jerome Powell.
Trump pada Rabu (16/7/2025) menolak klaim bahwa ia berencana mencopot Ketua The Fed, namun tidak menutup kemungkinan tersebut. Ia juga meningkatkan serangan tarifnya minggu ini, dan dengan kurang dari dua pekan tersisa hingga batas waktu 1 Agustus, para investor tetap waspada.
Selain itu, kebijakan perdagangan Trump yang tidak menentu tampaknya tidak akan terselesaikan hingga setelah 1 Agustus. Hal ini menggerogoti kepercayaan terhadap aset-aset AS, menyebabkan pelemahan pada mata uang, obligasi Treasury, dan Wall Street, serta kekhawatiran fiskal akibat rancangan undang-undang pengeluaran besar-besaran dan pemotongan pajak Trump.
“(Diprediksi) untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.280—Rp 16.330 per dolar AS,” kata Ibrahim.
View this post on Instagram