Jumat 22 Aug 2025 11:42 WIB

Ketahanan Bisnis Jalan Tol Diuji di Tengah Volatilitas Ekonomi

Ketahanan bisnis jalan tol menjadi sorotan di tengah gejolak perekonomian global

Sejumlah mobil antre di Gerbang Tol Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (3/7/2025). Jalan Tol Solo–Yogyakarta–NYIA Kulonprogo segmen Klaten–Prambanan sepanjang 7,85 kilometer dioperasikan mulai pukul 06.00 WIB tanpa tarif selama periode uji coba.
Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Sejumlah mobil antre di Gerbang Tol Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (3/7/2025). Jalan Tol Solo–Yogyakarta–NYIA Kulonprogo segmen Klaten–Prambanan sepanjang 7,85 kilometer dioperasikan mulai pukul 06.00 WIB tanpa tarif selama periode uji coba.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketahanan bisnis jalan tol menjadi sorotan di tengah gejolak perekonomian global. Para pemangku kepentingan menilai industri jalan tol harus adaptif dengan strategi pendanaan jangka panjang, penguatan sumber daya manusia, serta pemanfaatan teknologi agar tetap tangguh menghadapi ketidakpastian ekonomi.

Direktur Utama Jasa Marga, Rivan A. Purwantono, menegaskan pengelolaan usaha jalan tol dituntut untuk responsif terhadap perubahan situasi ekonomi.

“Bisnis jalan tol adalah bisnis jangka panjang. Dengan ketidakpastian ekonomi saat ini, kami dituntut bukan hanya menjaga stabilitas operasional, tetapi juga menyiapkan strategi antisipatif agar jalan tol tetap menjadi tulang punggung konektivitas nasional,” ujar Rivan.

Sekretaris Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, Ni Komang Rasminiati, menyebut forum ini strategis untuk memperkuat kolaborasi lintas lembaga dan pelaku usaha. Ia menilai pemahaman menyeluruh dari perencanaan, pembangunan, hingga pengoperasian jalan tol dibutuhkan untuk memastikan keberlanjutan pembangunan infrastruktur.

Sementara itu, Ketua Umum HPJI, Hedy Rahadian, menekankan pentingnya peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Menurutnya, ketahanan bisnis jalan tol tidak hanya bergantung pada investasi, tetapi juga kualitas SDM yang adaptif.

“Tanpa SDM yang andal, sulit bagi kita menghadapi gejolak ekonomi sekaligus menjaga keberlanjutan infrastruktur,” tegas Hedy.

Dari sisi pembiayaan, Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR, Rachman Arief Dienaputra, menilai dibutuhkan instrumen pendanaan jangka panjang untuk memperkuat kelayakan investasi.

Sementara itu, Anggota BPJT Sony Sulaksono Wibowo menekankan pentingnya kebijakan jalan tol berbasis nilai tambah dan integrasi layanan agar mampu mendorong daya saing nasional.

Pemanfaatan teknologi juga disebut menjadi faktor penting. Direktur Teknologi Informasi PT Jasamarga Tollroad Operator, Shandy Maulana Haris, menyebut kecerdasan buatan (AI) kini digunakan untuk membaca pola lalu lintas, memprediksi hambatan, dan mempercepat pengambilan keputusan.

“Teknologi ini memperkuat sistem prediksi lalu lintas sekaligus meningkatkan respons layanan bagi pengguna jalan,” katanya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement