REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore (16/5) menguat tipis 6 poin menjadi Rp 13.319 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.325 per dolar AS.
"Rupiah menguat tipis didukung data neraca perdagangan Indonesia yang mencatatkan surplus, selain itu faktor teknikal turut menopang laju mata uang domestik setelah cenderung tertekan terhadap dolar AS pada hari sebelumnya," kata Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta.
Ia menambahkan bahwa pemerintah yang masih optimistis tergadap target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen yang masih memungkinkan dicapai hingga akhir 2016 memberikan optimisme kepada pelaku pasar di dalam negeri. "Diharapkan terjadi percepatan pencairan anggaran belanja pemerintah sehingga membantu perekonomian domestik tumbuh yang akhirnya menjaga laju rupiah terhadap dolar AS stabil," katanya.
Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy menambahkan bahwa secara khusus, risiko keluarnya arus dana portofolio yang lebih rendah karena meredanya sentimen kenaikan suku bunga AS. Selain itu, kata dia, suku bunga negatif yang secara mengejutkan diterapkan oleh Jepang dan Eropa. Langkah itu telah menguntungkan rupiah dan juga nilai tukar negara berkembang lain di awal tahun ini. "Indonesia sudah menerima arus dana masuk asing bersih senilai 4,9 miliar dolar AS sejak suku bunga negatif diterapkan," katanya.
Di sisi lain, ia mengatakan bahwa potensi arus dana masuk ke dalam negeri juga masih tinggi. Potensi arus dana asing masuk itu seiring dengan penurunan peringkat utang negara Brasil, Rusia, dan Afsel.
"Potensi arus dana asing masuk ke dalam negeri akan semakin besar jika Indonesia masuk menjadi 'investment grade' oleh Standard & Poor's (S&P) pada tahun ini," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (16/5) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp 13.328 dibandingkan level sebelumnya (13/5) di posisi Rp 13.311 per dolar AS.