REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat 12 perusahaan Australia yang secara langsung menyatakan ketertarikan untuk berinvestasi di Indonesia kepada Kepala BKPM saat kunjungan ke Australia, Selasa (10/5).
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani menjelaskan, ke-12 perusahaan yang siap menanamkan modal di Indonesia itu cukup beragam mulai dari investasi di sektor industri galangan kapal dan jasa pengerukan, venture capital, industri minuman ringan, peternakan dan budidaya sapi, pembangkit listrik tenaga air, sektor telekomunikasi, web portal property, jasa manajemen sistem, wisata tirta, serta perdagangan ritel bahan bangunan.
Franky mengatakan, 12 perusahaan tersebut terdiri dari mereka yang telah menyatakan komitmen investasi dan masih berupa minat investasi.
"Untuk industri minuman ringan sudah komitmen investasi perluasan bisnis mereka sebesar 53 juta dolar AS di Indonesia, demikian halnya dengan peternakan dan budidaya sapi sudah mengantongi izin prinsip senilai 10 juta dolar AS, serta sektor telekomunikasi yang mendukung jasa aplikasi e-health melakukan perluasan 10 juta dolar AS dengan memanfaatkan layanan izin investasi tiga jam,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada pers, Selasa (10/6).
Menurut Franky, selain tiga perusahaan tersebut, sembilan perusahaan lainnya masih berupa minat investasi. “Ini yang akan dijalin komunikasi intensif oleh perwakilan BKPM di Sydney dan KJRI Sydney, KBRI Canberra, KJRI Melbourne, KJRI Perth dan KRI Darwin sehingga minat investasi yang disampaikan bisa berlanjut ke komitmen investasi hingga nantinya dapat direalisasikan,” ujarnya.
Franky mengungkapkan, salah satu perusahaan yang serius untuk menanamkan modalnya adalah yang bergerak di bidang energi terbarukan yakni pembangkit listrik tenaga air yang juga telah memiliki pengalaman joint venture dengan perusahaan Cina di bidang infrastruktur.
“Nilai investasi yang direncanakan untuk pembangkit listrik tenaga air yang akan dibangung mencapai 100 juta dolar AS,” ujarnya.
Selain itu, perusahaan yang juga menyatakan minatnya adalah di bidang jasa konstruksi untuk berinvestasi di bidang pengerukan pelabuhan serta berminat untuk membangun galangan kapal dan reparasi kapal.
“Nilai investasi untuk jasa pengerukan adalah mendatangkan 1 kapal keruk senilai 5 juta dolar AS dan rencananya mereka akan memasukkan 3-5 kapal. Sehingga perikiraan rencana investasi untuk jasa konstruksi pengerukan dan industri kapal keruk dan perawatannya sekitar 16-30 juta dolar AS,” kata Franky.
Duta Besar RI untuk Australia dan Republik Vanuatu Nadjib Riphat Kesoema mengatakan, kegiatan usaha yang dilakukan oleh potential investor dari Australia diharapkan dapat berkontribusi positif terhadap upaya pembangunan yang dilakukan di Indonesia.
“Contohnya untuk investor galangan kapal dan pelabuhan diharapkan dapat mendorong pembangunan pelabuhan besar maupun kecil di kawasan timur Indonesia sehingga kerja sama yang baik yang telah dibina dengan pelabuhan Townsville di Queensland dapat terus dikembangkan,” ungkapnya.