Senin 04 Apr 2016 14:52 WIB

Penerbitan Sukuk Global Pemerintah Indonesia Cetak Rekor

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
sukuk (ilustrasi)
Foto: theentrepreneur.my
sukuk (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan dua terbitan sukuk global terbaru di akhir Maret lalu, total nilai terbitan Sukuk Negara Indonesia (SNI) aktif mencapai 9,5 miliar dolar AS. Dua SNI terbaru, SNI-21 dan SNI-26 bahkan jadi sukuk global dengan nilai terbitan terbesar.

Direktur Pembiayaan Syariah Kementerian Keuangan, Suminto menjelaskan, Pemerintah Indonesia memiliki Program Islamic Global Medium Term Notes (Islamic GMTN) 10 miliar dolar AS yang sudah dimulai sejak 2012 lalu. Dari Program Islamic GMTN 10 miliar dolar AS ini sudah diterbitkan melalui SNI-22 pada 2012 senilai satu miliar dolar AS, SNI-19 pada 2013 senilai 1,5 miliar dolar AS, SNI-24 pada 2014 senilai 1,5 miliar dolar AS, SNI-25 pada 2015 sebesar dua miliar dolar AS

Akhir Maret 2016, Pemerintah Indonesia menambah terbitan sukuk global yang jadi bagian program Islamic GMTN yakni yakni SNI-21 senilai 750 juta dolar AS dan SNI-26 senilai 1,75 miliar dolar AS, sehingga total nilai program Islamic GMTN sudah mencapai 8,5 miliar dolar AS. Di luar program itu, terdapat satu sukuk global yang kasih aktif SNI-18 dengan nilai satu miliar dolar AS yang akan jatuh tempo pada 2018. Sehingga total nilai SNI aktif mencapai 9,5 miliar dolar AS.

Dari data yang dikumpulkan Kementerian Keuangan dari Bloomberg dan Global Capital, sukuk Pemerintah Indonesia adalah yang terbesar secara global. Menyusul sukuk negara Uni Emirat Arab 5,5 miliar dolar AS, Qatar empat miliar dolar AS, Malaysia 3,5 miliar dolar AS, dan Turki 2,75 miliar dolar AS.

Soal penggunaan entitas khusus (SPV) dalam penerbitan surat berharga negara terhadap kenyamanan investor, Suminto mengatakan ini tidak masalah. Memang ada satu dua investor yang belum familiar dengan Indonesia bertanya status Perusahaan Penerbit SBSN III. ''Itu hanya untuk memastikan saja. Bukan hal besar karena sekadar konfirmasi dan kendala penerjemahan bahasa,'' ungkap Suminto, Senin (4/4).

Dari sisi distribusi wilayah investor, 42 persen SNI-21 dimiliki investor Timur Tengah, Asia 31 persen, Indonesia 10 persen, Eropa 15 persen, dan AS dua persen. Investor Timur Tengah juga mendominasi kepemilikan SNI-26 sebesar 28 persen, Asia 25 persen, Indonesia 10 persen, Eropa 22 persen, AS 15 persen.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement