Jumat 12 Feb 2016 04:00 WIB

Ini Tantangan Kerajinan Tangan Indonesia Menyambut MEA

Rep: C26/ Red: Winda Destiana Putri
 ?Pengunjung melihat produk kerajinan tangan dari kemasan plastik bekas pada Pameran Pekan Lingkungan Hidup di JCC,Jakarta, Ahad (21/6).. (Republika/Tahta Aidilla)
?Pengunjung melihat produk kerajinan tangan dari kemasan plastik bekas pada Pameran Pekan Lingkungan Hidup di JCC,Jakarta, Ahad (21/6).. (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Selain menggelar workshop membatik di Galeri Hasan Batik Bandung, Asephi Jawa Barat juga mengadakan diskusi membahas kesiapan industri kerajinan tangan asli Indonesia untuk bersaing di pasar internasional.

Ketua BPD Asephi Jawa Barat, Hedy Yamasari mengatakan berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) menjadi tantangan bagi industri kerajinan di Indonesia. Pergerakan arus perdagangan yang secara bebas  di antara negara-negara Asean memang menjadi ketakutan dan kekhawatiran di sejumlah kalangan industri termasuk handicraft.

Namun Hedy mengatakan berlakunya MEA bukanlah hal yang harus ditakuti. Melainkan menjadi motivasi untuk mengembangkan industri agar dapat bersaing dengan produk dari negara lain.

"Pada era MEA ini, siap tidak siap kita harus siap bersaing mengingat pengrajin Jawa Barat sudah berpengalaman," katanya di Galeri Hasan Batik Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (11/2).

Kerajinan Indonesia menurutnya sudah menjadi sebuah modal utama bersaing. Mengingat kerajinan Indonesia tercipta dari keunikan budaya yang tidak dimiliki negara lain.

Sebagai ketua pengusaha kerajinan, ia juga mengimbau kepada anggotanya untuk meningkatkan usaha, mendorong selalu berinovasi dan melakukan pengembangan desain produk agar tak kalah bersaing.

Sebagai bentuk upaya meningkatkan kompetensi, ia menyebutkan Asephi Jawa Barat ikut membantu membuka peluang pemasaran produk kerajinan di dalam dan luar negeri. Tak hanya itu diikutsertakan dalam berbagai pameran serta terus membina komunikasi dan kerja sama dengab instansi pembina tingkat provinsi, kota, dan kabupaten.

Dalam diskusi peluang menghadapi MEA, Ketua Dekranasda Jawa Barat Netty Prasetiyani juga memberikan motivasi agar para pengrajin mampu bersaing dengan pasar internasional. Menurut Netty, bersaing dalam MEA tentu harus diseimbangi dengan peningkatan kualitas.

Ia menyebutkan, kualitas yang baik tentu menjadi nilai utama agar produk Indonesia bisa mengalahkan negara lain. Tentunya ini memerlukan kreatifitas dari para seniman dan pengusaha. 

"Pengembangan kerajinan membutuhkan kualitas dan kreatifitas yang harus bersaing, karena produk industri kerajinan harus selalu mengacu pada trend pasar serta perilaku konsumen yang terus berkembang. Kekuatan ini yang menjadi peluang untuk menghadapi dunia internasional," kata Netty.

Menurutnya pemerintah terus mendukung perkembangan ekonomi terutama dari sektor UMKM. Di mana UMKM berperan dalam perekonomian karena menggerakan banyak tenaga kerja.

Karenanya butuh juga, ujar dia, untuk meningkatkan kapasistas sumber data manusia dan tentunya kemampuan. Ia yakin Jawa Barat memiliki kapasitas SDM yang mumpuni untuk bersaing dari segi kerajinan dengan negara lain.

Ia juga mengharapkan para perajin  dapat mematenkan karyanya agar tidak diakui bangsa lain seperti sebelum-sebelumnya. Dengan begitu akan menjadi komoditas dan ciri utama dari produk yang dihasilkan tanah air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement