REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Pekerja konstruksi di daerah dinilai menjadi salah satu penentu penyediaan infrastruktur berkualitas. Berdasarkan pertimbangan tersebut, pemerintah memfasilitasi daerah-daerah perbatasan dalam membangun SDM konstruksi terampil yang berkualitas, agar dapat membangun permukiman layak yang cepat dan murah bagi masyarakat yang membutuhkan.
"Termasuk di wilayah Atambua, di sini pembangunan infrastruktur sedang berlangsung kita berdayakan masyarakat setempat agar rekan-rekan tidak hanya menjadi penonton," tutur Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) Yusid Toyib saat mensosialisasikan Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) dan Inventarisasi Data Sektor Jasa Konstruksi di Wilayah Kerja Balai Wilayah V Surabaya Ditjen Bina Konstruksi di Provinsi Nusa Tenggara Timur pekan ini.
Ia menerangkan, kegiatan penyediaan infrastruktur fisik konstruksi dapat meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas masyarakat terhadap kegiatan sosial dan ekonomi khususnya wilayah perbatasan. Tapi warga setempat pun harus dilibatkan dalam pembangunan. Hal tersebut dapat mengurangi angka kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara luas.
Teknologi terkini mendukung pembangunan di daerah. Tapi yang tak kalah penting yakni sumber daya manusia setempat. Tenaga kerja yang terlatih dan bersertifikat diharapkan dapat mendukung pembangunan-pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah.
“Pemberdayaan masyarakat untuk menjadikan SDM konstruksi terampil ini harus didukung pemerintah daerah, masyarakat setempat harus aktif mendorong Dinas PU Atambua untuk melakukan pelatihan kepada masyarakat yang memiliki passion di bidang konstruksi,” kata Yusid.
Peningkatan SDM tersebut diikuti masyarakat Kabupaten Belu, Atambua yang berasal dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Belu, kontraktor, perwakilan Kecamatan ,dan Dinas Kabupaten Belu. Dalam kesempatan tersebut, DJBK memperkenalkan teknologi RISHA kepada masyarakat di Atambua.
RISHA merupakan produk inovasi yang ditemukan dan dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman (Puslitbangkim), Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenpupera. Produk tersebut terbukti mudah diterapkan, kuat dan tahan terhadap gempa. Pada 2005, RISHA telah diterapkan dengan baik di Provinsi Aceh untuk pemukiman warga yang terkena bencana tsunami.
Saat ini sistem RISHA telah berkembang menjadi teknologi bangunan sederhana yang dipergunakan untuk perumahan, fasilitas umum, dan fasilitas sosial. Teknologi itu juga dipakai untuk memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur permukiman yang cepat dan handal. Untuk itulah Ditjen Bina Konstruksi, melakukan sosialisasi terkait teknologi RISHA kepada masyarakat di Atambua, sehingga diharapkan masyarakat dapat menerapkannya untuk mendukung pembangungan perumahan untuk rakyat di daerah perbatasan.