REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Kedatangan gelombang basah La Nina Di 2016 diupayakan tak mengganggu pertanaman hortikultura. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan sejumlah upaya antisipasi.
Di antaranya menormalisasi jaringan irigasi, menyiapkan pompa-pompa untuk membuang air dan membuat sumur dangkal guna mengoptimalkan penyerapan air. "La Nina diprediksi datang di Oktober, tapi masih kita pantau perkembangannya," kata Direktur Budidaya dan Pasca Panen Sayuran dan Tanaman Obat Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan Yanuardi, Ahad (10/1).
La Nina membuat musim hujan lebih panjang bahkan berpotensi membuat banjir besar. Di luar upaya tersebut, ia melihat karakteristik pertanaman komoditas hortikultura berpeluang besar terhindar banjir. Sebab, areal tanam berada di dataran tinggi. Jika pun ada, jumlahnya kecil, yakni di bawah lima persen saja.
Utamanya komoditas cabai dan bawang, lanjut dia, Indonesia memiliki sejumlah sentra produksi penyangga yakni di Bima dan Enrekang Sulawesi Selatan masing-masing seluas 6 ribu hektare. Ada pula potensi tanam di Majalengka Jawa Barat seluas enam ratus hektare.
"Lahan seluas 350 hektare sudah ditanami bawang, jadi selain Brebes sebagai sentra utama kita punya banyak penyangga, kalau cabai aman, karena semua di dataran tinggi," ujarnya.
Selain itu, petani hortikultura nasional diyakini siap menghadapi badai La Nina. Mereka sudah paham soal jadwal tanam dan antisipasi dini.