Sabtu 09 Jan 2016 13:28 WIB

Polemik Blok Masela Ganggu Iklim Investasi

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Ilham
Blok Masela
Blok Masela

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat energi Fabby Tumiwa mengatakan, polemik Blok Masela harus segera diakhiri. Jika terlalu lama, polemik ini dapat mengganggu iklim investasi di Indonesia.

Saat ini, ada dua opsi yang sedang diperdebatkan. Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli lebih setuju dengan skema pengembangan di darat. Sedangkan Kementerian ESDM memilih pengembangan dengan skema terapung atau di laut.

Fabby khawatir para kontrak kerja sama Blok Masela, yakni Inpex Corporation dan Shell Corporation akan hengkang dari proyek tersebut jika dipaksakan memakai skema darat. "Tugas pemerintah memberi kepastian kepada investor. Jangan malah memberikan sinyal negatif berupa ketidakpastian," kata Fabby, Sabtu (9/1).

 

Apalagi, Presiden Joko Widodo dalam berbagai forum di dalam dan luar negeri selalu mengundang investor menanamkan modal di Indonesia. "Investor seperti Inpex yang sudah komit investasi miliaran dolar AS mestinya diperhatikan," katanya.

Ia menyarankan Jokowi memutuskan opsi skema terapung gas alam cair atau "floating liquified natural gas" (FLNG) untuk mengembangkan Lapangan Abadi, Blok Masela di Laut Arafura, Maluku. Sebab, proyek ini harus dilihat secara komprehensif yang memberikan keuntungan pada negara secara maksimal.

Fabby menambahkan, berbagai kajian ilmiah sudah dilakukan. Hasilnya adalah opsi FLNG merupakan skema terbaik pengembangan Masela dibandingkan darat (onshore). Dia berpesan agar jangan sampai berbagai studi tersebut dikalahkan rekomendasi pengembangan dengan skema darat yang belum didukung kajian teknis yang memadai.

Pada 2010, lanjutnya, studi atas permintaan pemerintah yang dilakukan konsorsium perguruan tinggi seperti ITB, ITS, UGM, dan UI serta konsultan menghasilkan opsi FLNG lebih baik dibandingkan darat. Hasil kajian pada 2010 itu kemudian menjadi dasar penerbitan rencana pengembangan (plan of development/POD).

 

Kajian kembali dilakukan oleh konsultan independen yang juga atas permintaan pemerintah pada 2015. Hasilnya sama saja, bahwa FLNG adalah opsi terbaik. "Multiplier effect dari pilihan FLNG justru akan jauh berdampak positif bagi pengembangan industri maritim Indonesia dan industri pendukungnya yang sesuai Nawacita Presiden Jokowi," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement