REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga konsumen (IHK) pada Oktober 2015 mengalami deflasi sebesar 0,08 persen (mtm), berbeda dari historisnya yang mencatat inflasi.
Deputi Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Andiwiana, mengatakan, deflasi 0,08 persen (mtm) bersumber dari deflasi pada kelompok bahan makanan bergejolak (volatile food). Deflasi bahan pangan terutama dipengaruhi oleh koreksi harga aneka daging dan aneka cabai yang masih berlanjut pada Oktober 2015.
"Dengan demikian, inflasi IHK sejak Oktober 2014 – Oktober 2015 (year on year/yoy) mencapai 6,25 persen (yoy), sementara inflasi Januari-Oktober 2015 (year to date) tercatat sebesar 2,16 persen (yoy)," jelasnya dalam keterangan resmi, Senin (2/11).
Andiwiana menjelaskan, deflasi pada kelompok volatile food mencapai 1,22 persen (mtm) yang menjadi deflasi terbesar pada bulan Oktober selama lima tahun terakhir. Sementara itu, secara tahunan inflasi volatile food tercatat sebesar 6,95 persen (yoy). Deflasi bulan Oktober terutama bersumber dari masih berlangsungnya deflasi daging ayam, daging sapi, serta aneka cabai.
Selain itu, inflasi inti dan inflasi administered prices bulan Oktober juga tergolong rendah dibandingkan historisnya. Inflasi inti mencapai 0,23 persen (mtm) atau 5,02 persen (yoy). Rendahnya inflasi inti juga seiring dengan menguatnya rupiah, melambatnya pertumbuhan ekonomi dan terkendalinya ekspektasi inflasi.
Inflasi harga barang yang dikendalikan pemerintah (administered prices) mencapai 0,03 persen (mtm) atau 9,83 persen (yoy). Inflasi tersebut didorong oleh penurunan harga solar dan masih berlangsungnya dampak penurunan harga LPG 12 kg pada September lalu.
Berdasarkan perkembangan inflasi hingga Oktober 2015, lanjutnya, Bank Indonesia optimistis inflasi untuk keseluruhan tahun 2015 akan berada di bawah titik tengah sasaran 4 persen. Target tersebut akan tercapai dengan dukungan penguatan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi di tingkat pusat dan daerah.
"Perkembangan inflasi hingga Oktober 2015 tersebut menunjukkan bahwa stabilitas harga terkendali," ucapnya.