REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha sawit mengakui banyak titik api di kawasan konsesi sebagaimana ditudingkan sejumlah aktivis lingkungan hidup. Namun, titik api tersebut bukan karena perkebunan
berada di lahan gambut ataupun di hutan. Melainkan disebabkan bara api yang menyebar lewat angin dan menyulut pohon sawit. Sementara bagian atas pohon sawit kering dan mudah disulut api.
"Pohon kami daun di atasnya kering, kalau ada yang lempar puntung api, ya menyala, terbakar," kata Managing Director Sustainability and Strategic Stakeholder Engagement, Golden Agri Resources (GAR) Agus Purnomo pada Senin (5/10). GAR merupakan salah satu perusahaan yang menyepakati Palm Oil Pledge (IPOP) alias Kesepakatan Zero Deforestasi.
Namun, perusahaan telah memiliki tim andal sehingga api yang berkobar di kebun bisa cepat padam dalam waktu 3-4 jam saja setelah terdeteksi. Saat ini diakuinya upaya pemadaman menjadi lebih sulit disebabkan air di embung dan sungai mengering. Tapi pemadaman api tetap diupayakan agar tidak merusak tempat produksi dan lingkungan sekitar.
Menanggulangi kebakaran hutan, lanjut dia, perusahaan selama ini menerapkan beberapa langkah. Di antaranya memperjelas peta konsesi milik sendiri, mendeteksi data titim api serta berkomunikasi dengan masyarakat.
"Kita punya 40 mobil tangki yang berpatroli, sedia puluhan pompa dan tenaga pemadam yang siaga," katanya. Ia pun berharap hujan segera turun sembari terus dilakukan pembenahan di areal konsesi dan non konsesi.