REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Budi Raharjo
Wartawan Republika
Kalimatnya sedikit terbata-bata. Raut wajahnya pun terlihat agak tegang. Maklum, Boimin bukanlah seorang tokoh masyarakat atau pejabat publik yang biasa berbicara di hadapan khalayak. Pria berusia 40 tahun itu hanyalah petani karet yang tinggal di sebuah desa terpencil di Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara.
Kehadiran Boimin pada acara pengenalan layanan laku pandai di Sumatra Utara yang dipusatkan di Balige, Kabupaten Toba Samosir, akhir pekan lalu, untuk memberikan kesaksian. Ia diundang manajemen PT Bank Rakyat Indonesia Tbk untuk menceritakan keberhasilannya menjadi agen laku pandai kepada sekitar 40-an agen laku pandai BRI yang berasal dari sejumlah kabupaten di Sumut.
"Kita ajak Pak Boimin ke sini untuk memberikan testimoni. Karena kalau saya yang menceritakan nanti saudara sekalian tidak percaya," ujar Direktur Komersial BRI Donsuwan Simatupang. Di acara yang digelar di Dermaga Kota Balige itu hadir pula komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nelson Tampubolon.
Donsuwan mengungkapkan Boimin mendapatkan fee sekitar Rp 4,5 juta per bulan dari aktivitasnya menjadi agen laku pandai di BRI. Program laku pandai di BRI dikenal dengan agen Brilink. Padahal, menjadi agen Brilink merupakan
pekerjaan sampingan bagi Boimin. Pekerjaan utamanya tetap menjadi petani karet.
Boimin tinggal di Desa Panduman, Kecamatan Raya Kaheyan, Kabupaten Simalungun. Jarak desanya dengan kantor layanan BRI terdekat sekitar 40 kilometer. Bapak empat anak ini sudah selama setahun terakhir menjadi agen BRILink. "Awalnya, saya ditawari BRI untuk menjadi agen laku pandai," kata dia.
Hubungan Boimin dengan bank milik negara ini sejatinya sudah terjalin sejak 10 tahun lalu. Boimin merupakan nasabah Kupedes BRI yang sudah beberapa kali mendapatkan kucuran pinjaman dari BRI untuk mengembangkan lahan pohon karetnya. Total, Boimin sudah mendapatkan kredit sebesar Rp 100 juta. Lahan karetnya pun terus bertambah luas dari semula empat hektare dan sekarang menjadi 12 hektare.