Senin 25 May 2015 14:52 WIB

Menkeu: Penjualan Sukuk Nonrupiah Berkembang Baik

Rep: C14/ Red: Djibril Muhammad
 Perkembangan Ekonomi Makro dan Relaisasi APBNP 2015: Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menggelar konferensi pers Perkembangan Ekonoi Makro dan Realisasi APBNP 2015, Jakarta, Kamis (21/5).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Perkembangan Ekonomi Makro dan Relaisasi APBNP 2015: Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menggelar konferensi pers Perkembangan Ekonoi Makro dan Realisasi APBNP 2015, Jakarta, Kamis (21/5).

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menjelaskan, pemerintah belum lama ini menjual sukuk atau surat utang syariah berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) sebanyak 2 miliar dolar AS. Menurut Bambang, angka tersebut wajar dan sejalan dengan respons pasar global.

"Tahun lalu kan 1,5 (dolar AS). Tahun ini 2 (dolar AS) kan biasa-biasa saja, menurut saya, naiknya," kata Menteri Bambang Brodjonegoro saat berdiskusi dengan Republika, di Hotel Mercure, Pontianak, Kalimantan Barat, Ahad  (24/5) malam.

Selain itu, lanjut dia, pemerintah sengaja ingin menambah sukuk dalam denominasi non-Rupiah. Sebab, kata Menteri Bambang, pemerintah menyadari, kepemilikan asing atas Rupiah masih tinggi.

"Dan itu berpotensi kena sudden reversal kalau ada apa-apa. Jadi, ada risiko lah. Sehingga kita lebih baik jaga di mata uang ini, non-Rupiah," ungkap dia.

"Sebentar lagi, kita keluar (sukuk berdenominasi) euro nih. Secepatnya lah. Harus cari momen yang baik," katanya menambahkan.

Menteri Bambang lantas mengungkapkan, ada kecenderungan pasar sukuk yang positif dari Asia, terutama Timur Tengah. Kata dia, dulu pembeli sukuk Indonesia didominasi oleh investor dari AS atau Eropa.

"Sekarang, Timur Tengah, Asia. Artinya, mereka sudah berani masuk ke (pasar) surat utang Indonesia," kata dia.

Hal ini, lanjut Menteri Bambang, antara lain karena dua JLF penjualan sukuk Indonesia dilakukan olehbank-bank dengan kaitan yang kuat dengan investor-investor asal Timur Tengah. Misalnya, kata Menteri Bambang, CIMB (Malaysia) dan Dubai Islamic Bank.

"Waktu saya ke Dubai. Kan Dubai Islamic yang arrange, itu ada beberapa bank syariah di Dubai, itu langsung (mengatakan) 'Saya mau masuk 100; saya mau masuk 200.' Langsung. Saya belum bicara apa-apa, belum presentasi. Jadi, ada eagerness," tutur Menteri Bambang.

Hal lain yang menyebabkan antusiasme pembeli dari Timur Tengah, lanjut dia, setidaknya ada keyakinan dari mereka akan sukuk sovereign. Itu merupakan sukuk yang penjualannya dilakukan oleh pemerintah suatu negara, bukan oleh swasta. Sedangkan, kata Menteri Bambang, kebanyakan sukuk di Timur Tengah dijual oleh perusahaan swasta.

"Jadi, Indonesia masuk pasar, ini dipandang menarik. Kuat //kan// jaminannya dibandingkan swasta? Karena, sukuk perusahaan di Dubai pernah collapse, pernah default," katanya.

Rencananya, sukuk berdenominasi non-Rupiah ini akan diterbitkan pada 28 Mei 2015 dengan imbal hasil 4,325 persen per tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement