REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan aset perbankan syariah bisa tumbuh 17 persen di tahun 2015 mendatang. Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK Edy Setiadi mengatakan beberapa bank syariah bisa tumbuh di atas 20 persen.
Di Indonesia, akhir Oktober, aset perbankan syariah tercatat Rp 260,56 triliun. Pertumbuhan aset bank umum syariah (BUS) hingga bulan Oktober ini hanya 14 persen dibandingkan tahun lalu.
"Pertumbuhan aset diharapkan bisa lebih baik dibandingkan tahun ini," ujar Edy, saat dihubungi Republika, Jumat (26/12).
Ernest and Young (E&Y) melaporkan aset perbankan syariah di pasar global pada tahun 2014 mencapai 778 miliar dolar AS atau Rp 9.612 triliun. Aset ini tumbuh rata-rata 17 persen dari 2009-2013.
Pangsa pasar perbankan syariah yang terbesar diantaranya berada di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Bahrain dan Malaysia.
Pangsa pasar perbankan syariah di Arab Saudi, Kuwait dan Bahrain mencapai 48,9 persen, 44,6 persen dan 27,7 persen dibaningkan perbankan konvensional.
Kemajuan positif juga dialami Indonesia, Pakistan dan Turki, sepanjang tahun 2009-2013 mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 43,5 persen, 22 persen dan 18,7 persen.
Perwakilan dari E&Y Gordon Bennie mengatakan ada enam pasar yang mengalami pertumbuhan cukup cepat diantaranya Qatar, Idnoensia, Arab Saudi, Malaysia, UEA dan Turki.
Pada tahun 2013 lalu, sekitar 80 persen aset perbankan syariah berada di negara ini. Jumlahnya mencapai 625 miliar dolar AS atau Rp 7625 triliun.
Pertumbuhan perbankan syariah di negara ini diperkirakan terus meningkiat hingga 19 persen atau mencapai 1,8 triliun dolar atau Rp 21.960 triliun pada tahun 2019.