Jumat 01 Aug 2025 21:24 WIB

Permintaan Domestik Belum Pulih, SIG Andalkan Ekspor dan Efisiensi

SIG mencatatkan penjualan ekspor sebesar 24,9 persen.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Satria K Yudha
SIG mengandalkan ekspor dan efisiensi untuk menjaga kinerja di tengah belum pulihnya permintaan domestik.
Foto: SIG
SIG mengandalkan ekspor dan efisiensi untuk menjaga kinerja di tengah belum pulihnya permintaan domestik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Industri semen domestik belum menunjukkan perbaikan berarti sepanjang semester I 2025. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) mencatat permintaan nasional turun sebesar 2,5 persen secara tahunan, mencerminkan tekanan lanjutan pada sektor konstruksi dan konsumsi.

Namun, di tengah kondisi pasar yang menyusut, SIG tetap mencatatkan profitabilitas. Perusahaan mengandalkan ekspor dan efisiensi biaya sebagai strategi utama untuk menjaga kinerja keuangan tetap positif.

“SIG berhasil mencatatkan peningkatan yang cukup signifikan pada penjualan ekspor sebesar 24,9 persen,” ujar Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni, Jumat (1/8/2025).

Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi (belum diaudit) semester I 2025, SIG membukukan volume penjualan sebesar 17,30 juta ton. Pendapatan mencapai Rp 15,61 triliun, dengan laba bersih Rp40 miliar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.

Penurunan permintaan domestik membuat efisiensi operasional menjadi krusial. SIG mencatatkan beban pokok pendapatan sebesar Rp12,47 triliun, turun 0,6 persen (yoy). Sementara itu, beban operasional di luar pendapatan dan pos lainnya juga turun 3 persen yoy.

“SIG juga berhasil menjaga ketahanan keuangan dengan baik sehingga biaya keuangan bersih tercatat lebih rendah 33,7 persen yoy menjadi Rp344 miliar,” lanjut Vita.

Efisiensi dianggap sebagai salah satu faktor utama yang memungkinkan SIG tetap mencetak laba. Di sisi lain, peningkatan ekspor membantu menjaga utilisasi pabrik di tengah turunnya penyerapan pasar domestik. Strategi ini mengurangi potensi kerugian akibat idle capacity yang tinggi.

Meski demikian, SIG masih menghadapi tantangan struktural seperti melambatnya proyek infrastruktur dan penurunan daya beli.

Perusahaan menyatakan akan fokus mengelola pasar dan harga secara lebih adaptif, termasuk mendorong penetrasi produk semen hijau dan produk turunan yang diklaim memiliki efisiensi material dan daya tahan yang lebih baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement