REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski perkembangan politik terlihat mencair, potensi ketegangan masih ada. Namun sistem yang berbeda dengan tahun-tahun politik sebelumnya memungkinkan pelaku pasar membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) mendekati 6.000.
Analis Asia First Capital David Sutyanto mengatakan jika dibandingkan kondisi pemerintahan Gus Dur dimana IHSG merosot lebih dari 50 persen karena pemerintah tidak didukung dewan, kondisi politik saat ini berbeda.
Sebab dengan proses pemilihan presiden pun berbeda dan dukungan parlemen juga berbeda. Pelaku pasar berharap pemerintah saat ini tidak mengalami hal serupa.
Melihat itu dan faktor-faktor global lain, David memproyeksikan IHSG mendekati 6.000. Paling tidak IHSG bergerak di kisaran 5.500 dan sedikit di bawah 6.000.
''Tapi itu belum final karena susunan kabinet belum diketahui dan masih tergantung juga dengan kenaikan BBM. itu skenario terbaik,'' kata David dalam Market Outlook 2015 oleh Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) di BEI, Kamis (23/10).
Skenario terburuk juga bisa dengan terjadi dengan indeks yang tidak tumbuh karena The Fed menaikkan suku bunga dan aliran dana pulang ke AS.