REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan kredit baru pada triwulan III-2014 mengalami perlambatan. Hal tersebut terlihat dari hasil survei perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Saldo Bersih Tertimbang (SBT) dari hasil survei tercatat sebesar 75,3 persen, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 87,9 persen.
Perlambatan pertumbuhan kredit baru terjadi pada kelompok bank besar, sedangkan pada bank menengah dan kecil relatif stabil. Faktor utama terjadinya perlambatan adalah rendahnya permintaan pembiayaan dari nasabah, kenaikan suku bunga dan meningkatnya risiko pemberian kredit.
Berdasarkan jenis penggunaan, perlambatan pertumbuhan permintaan kredit baru terjadi pada semua jenis penggunaan. Pada kredit investasi dan kredit modal kerja, terjadinya perlambatan kredit sejalan dengan meningkatnya risiko NPL. Sementara itu, NPL pada kredit konsumsi masih relatif stabil. Kredit konsumsi juga mengalami perlambatan, terutama terjadi pada KPR dan kartu kredit.
Berdasarkan sektor ekonomi, 3 dari 18 sektor ekonomi mengalami penurunan kredit baru, yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi, dan sektor perdagangan besar dan eceran. Sementara berdasarkan orientasi penggunaan, perlambatan pertumbuhan kredit baru terjadi pada kredit impor.
Di tengah perlambatan permintaan kredit, persentase jumlah pengajuan kredit baru yang tidak disetujui oleh bank turun dari 12,9 persen menjadi 10,5 persen pada triwulan III.