Ahad 06 Jul 2014 23:27 WIB

Toyota Indonesia Ekspor Mesin Etanol ke Argentina

Pekerja melakukan proses perakitan komponen mesin di Pabrik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Jakarta, Jumat (20/6).
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Pekerja melakukan proses perakitan komponen mesin di Pabrik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Jakarta, Jumat (20/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Toyota Indonesia telah mengekspor 18.060 mesin berbahan bakar etanol ke Argentina. Mesin dimaksud untuk produksi pickup Toyota Hilux dan selanjutnya Hilux akan diekspor ke Brazil.

"Sejak 2010 Toyota telah mengekspor mesin etanol ke Argentina, untuk produksi Hilux. Kemudian Hiluxnya juga diekspor ke Brazil," kata Direktur Corporate Planning & External Affair PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), I Made Dana Tangkas, Ahad (6/7).

Ia menjelaskan, pada 2010 Toyota menempatkan produksi mesin berbasis etanol di Indonesia, seiring dengan kebijakan pemerintah yang ingin mengembangan biofuel di dalam negeri. Sayangnya, lanjut Made Dana, kebijakan pemerintah tidak konsisten, malah beralih dari ide pengembangan biofuel ke gas untuk bahan bakar kendaraan.

Kendati demikian, Toyota, tetap melanjutkan pengembangan mesin etanol di Indonesia, karena negeri ini telah dijadikan basis produksi mesin bensin tipe TR, dalam strategi global Toyota.

"Secara teknis mesin yang berbasis bensin mempunyai kesiapan untuk biofuel, hanya tinggal menambahkan komponen spesifik di beberapa bagian," kata Made.

Dengan pengalaman memproduksi mesin bensin itulah, TMMIN dipercaya memproduksi mesin etanol, meskipun bahan bakar etanol terbatas produksinya di Indonesia. Apalagi mesin yang diekspor menggunakan bahan bakar 100 persen etanol (E100). Mesin etanol tersebut merupakan tipe mesin 2TR-FFTV berkapasitas 2.694cc menggunakan IN-VVT, dengan sistem gasoline sub-tank, yang menghasilkan tenaga maksimal hingga 120/5.000 (kW/rpm) dan torsi maksimal 245/3.800 (Nm/rpm).

"Salah satu tantangan dalam pengembangan mesin tersebut adalah bagaimana mengatasi kelemahannya yaitu sulit distarter pada suhu dingin, di bawah 11 derajat celcius," kata Made.

Oleh karena itu, pihaknya melengkapi mesin etanol 2TR-FFTV yang diekspor ke Argentina itu, dengan sistem bahan bakar sub-tank dan sub-jet untuk menyuntikkan bensin murni pada awal mesin dijalankan."Setelah mesin mencapai suhu tertentu yang dibutuhkan, maka injeksi ECU (electronic control unit) akan memindahkan konsumsi bensin ke konsumsi etanol secara otomatis," kata Made.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement