REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Empat tahun sudah Arab Spring berlalu dan konflik masih terjadi di beberapa negara Timur Tengah. Di tengah beratnya menyelesaikan konflik ini, Bank Dunia menyatakan optimismenya bahwa masa depan Timur Tengah tetap cerah.
Timur Tengah, kata Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, akan menemukan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah-masalah mereka. "Timur Tengah menghadapi tantangan besar saat ini dan saya percaya mereka akan bangkit," kata Jim yang melakukan kunjungan empat hari ke Arab Saudi, Yordania, dan Lebanon, awal Juni ini, seperti dikutip situs Bank Dunia, Senin (2/6).
Bank Dunia meyakinkan negara-negara Timur Tengah untuk melakukan reformasi untuk menciptakan kehidupan lebih baik. Jim membawa pesan agar para pemimpin Timur Tengah memperhatikan pentingnya partnership, tata kelola pemerintahan yang baik, transparansi di berbagai sektor, dan ketersediaan pekerjaan bagi wanita dan anak muda.
Bank Dunia melihat Timur Tengah sedang berada di persimpangan setelah berlalunya Arab Spring. Konflik masih terjadi di Suriah dan jutaan orang mengungsi ke Lebanon dan Yordania. Di Tunisia, kehidupan mulai membaik setelah pemerintah mengadopsi hukum dan aturan yang bersifat pluralis.
"Bank Dunia bekerja sama dengan negara-negara untuk menyediakan dukungan yang diperlukan untuk keluar dari persoalan ini," kata Jim.
Bank Dunia berkomitmen memberikan pinjaman sebesar 16 miliar dolar AS untuk Timur Tengah. Komitmen finansial terbaru untuk tahun fiskal 2014 (1 Juli 2013-1 Juli 2014) mendekati 5 miliar dolar AS.
Bank Dunia mendorong Timur Tengah untuk memberikan lingkup lebih luas bagi sektor swasta untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi. Menurut Bank Dunia, peran swasta yang sempit akan berdampak buruk bagi laju ekonomi, membuka lapangan kerja baru, dan mengurangi kemiskinan.