Senin 30 Dec 2013 14:48 WIB

Bea Masuk Gula Rafinasi Diusulkan Naik

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Gula Rafinasi (ilustrasi)
Foto: Corbis
Gula Rafinasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petani mengusulkan agar pemerintah menaikkan bea masuk untuk gula rafinasi. Hal ini dikatakan perlu agar gula rafinasi tidak diimpor berlebihan yang akhirnya merembes ke pasar konsumsi.

"Saya yakin parlemen setuju kenaikan bea masuk," ujar Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen, Senin (30/12).

Langkah ini menyusul diberikannya izin operasional tiga pabrik gula baru yang berlokasi di Jakarta, Banten dan Medan. Pabrik-pabrik tersebut memiliki kapasitas raksasa, yang dipastikan membuat pasokan gula rafinasi membengkak.

Ia pun mempertanyakan alasan Kementerian Perdagangan (Kemendag) memberi izin penambahan impor gula rafinasi sebanyak 800 ribu ton tahun ini. Izin impor diberikan karena industri makanan dan minuman dikatakan kurang pasokan.  "Bagaimana bisa kurang kalau ternyata gula rafinasi bocor ke pasar? Kami punya bukti kalau gula rafinasi sudah bocor hampir di seluruh Indonesia," ujarnya.

Berdasarkan investigasi APTRI, kebocoran terbanyak terjadi di Pulau Jawa. Hanya Jawa Timur yang merupakan produsen gula yang jumlah kebocorannya kecil.

APTRI pun meminta pemerintah jangan terpaku pada penambahan area, melainkan membuka mata terkait kompetensi petani. Kalau area tebu ditambah sekalipun, petani tetap kesulitan karena harga gula yang rendah. Saat ini harga lelang gula hanya Rp 8500 per kilogram (kg). Harga ini konsisten dari tahun 2009. Padahal dibandingkan komoditas lain, harga beras sudah mencapai dua kali lipat harga beras dibandingkan tahun 2009.

Tahun depan Indonesia memasuki babak akhir rencana swasembada gula. Menteri Pertanian (Mentan) Suswono mengakui masih terdapat sederet kendala agar produksi gula bisa digenjot. Kendala tersebut menurut dia karena lahan tebu yang terbatas, revitalisasi pabrik gula yang mcaet dan hanya satu pabrik gula baru yang diresmikan tahun ini. "Padahal targetnya ada 20 hingga 25 pabrik tebu yang harus berdiri," katanya.

Agar swasembada bisa tercapai, dibutuhkan tambahan lahan tebu seluas 350 ribu hektare (ha). Ia pun mengaku akan mempertimbangkan usulan dari APTRI untuk menaikkan bea masuk untuk impor gula mentah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement