Selasa 16 Jul 2013 13:15 WIB

Turun, Rupiah Cerminkan Kondisi Fundamental Indonesia

Rep: Satya Festiani/ Red: Mansyur Faqih
Rupiah (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Rupiah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rupiah kembali terjerembab. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (16/7) menunjukan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebesar Rp 10.036, melemah 12 basis poin (bps) dari Senin (15/7).

BI menilai level rupiah telah mencerminkan kondisi fundamental Indonesia saat ini. "Rupiah sekarang mencerminkan kondisi sekarang. Neraca pembayaran defisit dan inflasi yang tinggi," ujar Direktur Eksekutif Departemen Hubungan Masyarakat BI, Difi Johansyah, Selasa (16/7).

Ia mengatakan masyarakat harus terbiasa dengan nilai tukar rupiah yang fluktuatif. Menurutnya, BI tidak bisa menjaga rupiah di level Rp 9.000 ribu atau Rp 10 ribu. Langkah yang dilakukan BI untuk mengatasi pelemahan rupiah yakni dengan menjaga stabilitas dan melakukan intervensi di pasar. 

BI pun telah menaikan BI rate sebesar 75 bps menjadi 6,5 persen dalam jangka waktu kurang dari satu bulan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan stabilitas sistem keuangan. Itu agar momentum pertumbuhan ekonomi dapat tetap terjaga dan bergerak kepada arah yang lebih sehat. "Dengan menaikan BI rate, yang kita harapkan ada capital inflow," ujar Difi. 

Masuknya capital inflow diharapkan dapat memperkuat nilai tukar. BI mengharapkan capital inflow dapat mulai masuk ke Tanah Air pada kuartal III-2013. Saat ini sudah ada capital inflow yang masuk, tetapi capital outflow juga masih banyak terjadi. "Semua orang itu masih mikir mengenai pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE) AS. Kita mesti melalui itu dulu. Makanya ada capital outflow. Nanti akan masuk lagi," ujar Difi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement