REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat (28/6) sore kembali melemah sebesar 24 poin seiring dengan belum jelasnya rencana The Fed dalam mengambil kebijakan stimulus keuangannya. Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak menguat sebesar 24 poin menjadi Rp 9.944 dibandingkan dengan posisi sebelumnya Rp 9.920 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova, mengatakan bahwa belum jelasnya keputusan bank sentral AS (The Fed) untuk melanjutkan program stimulusnya menjadi salah satu faktor pendorong nilai tukar domestik negatif. "Estimasi itu seiring dengan produk domestik bruto (PDB) AS yang direvisi turun menjadi 1,8 persen dari sebelumnya 2,4 persen," ujar dia.
Jika The Fed akan melanjutkan stimulus keuangannya, dia memperkirakan rupiah dapat kembali menguat terhadap dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa dolar AS mendapat sentimen positif setelah mengalami tekanan paska revisi PDB AS yang turun. "Namun, saat ini dolar AS kembali menguat menyusul pernyataan beberapa pejabat The Fed yang masih mendukung reduksi stimulus akan tetap dilakukan pada tahun ini," kata dia.
Ia mengatakan bahwa pengurangan injeksi stimulus itu menimbulkan kecemasan investor sehingga mendorong pengalihan arus modal kembali ke dolar AS yang dianggap sebagai safe haven.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Jumat ini tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp 9.929 dibandingkan dengan Kamis (27/6) di posisi Rp 9.937 per dolar AS.