Jumat 05 Apr 2013 11:09 WIB

Bank Dunia: Masalah Kemiskinan Lebih Berat dari AIDS

Rep: Nur Aini/ Red: Citra Listya Rini
Presiden Bank Dunia Baru Jim Yong Kim
Foto: AP Photo
Presiden Bank Dunia Baru Jim Yong Kim

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim mengatakan usaha mengakhiri kemiskinan global merupakan tantangan yang lebih berat daripada menangani penyakit AIDS. Dia mendesak ada tindakan langsung yang membantu lebih dari satu miliar orang miskin di dunia. 

Tujuan mengurangi orang miskin yang hidup dengan kurang dari 1,25 dolar per hari atau sekitar Rp 12.125 dari 21 persen menjadi tiga persen pada 2030 dapat tercapai. Namun, tujuan tersebut dinilai akan sangat sulit diraih. 

Kim mengatakan pertumbuhan ekonomi Cina merupakan faktor paling penting untuk mengangkat rakyat miskin dunia dalam beberapa tahun terakhir. Proporsi penduduk yang hidup dalam kemiskinan yang ekstrim akan turun menjadi enam persen jika tren saat ini terus berlanjut. 

Namun, Kim mengatakan hal itu tidak realistis. "Tujuan ini merupakan hal paling sulit yang pernah saya tangani, lebih sulit daripada (penyakit) AIDS," katanya seprti dilansir the Guardian, Jumat (5/4).

 

Target tersebut, kata Kim, hanya akan terpenuhi jika ada kemajuan di India, Afrika sub-Sahara, dan negara lain yang berkonflik. "Saya berharap apa yang dikatakan ini akan mudah benar terjadi. Tapi, semuanya saya lihat tidak akan mudah," ujarnya. 

Bank Dunia menyatakan 1,2 miliar orang yang hidup dengan kurang dari 1,25 dolar per hari menjadi perhatian masyarakat global. Penurunan kemiskinan, kata Kim, tidak akan terjadi tanpa pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan tersebut akan menghasilkan 90 persen lapangan kerja baru dari sektor swasta. 

Meski demikian, Kim mengatakan pertumbuhan ekonomi saja tidak cukup. Pemerintah perlu mengadopsi kebijakan yang membuat pertumbuhan ekonomi lebih inklusif. "Bukti sangat banyak yang membuktikan jika kamu hanya mengejar produk domestik bruto tanpa inklusi (pemerataan), hanya akan menimbulkan ketidakstabilan dalam sistem," katanya.  

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement