REPUBLIKA.CO.ID, KOTAMOBAGU -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia(BI) Provinsi Sulawesi Utara(Sulut) memperingatkan perbankan untuk mewaspadai kondisi ekonomi global yang masih kurang menguntungkan.
"Kondisi perekonomian global yang dipicu krisis di Eropa, masih belum menunjukkan titik cerah dan masih serba sulit diterka, ini jelas menyulitkan unsur terkait dalam perekonomian termasuk perbankan," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Sulut, Suhaedi pada pengarahan perbankan di Kotamobagu, Sulut, Selasa (31/7).
Suhaedi mengatakan, Eropa merupakan mitra dagang Indonesia termasuk Sulut, karena itu ketika negara di kawasan tersebut terjadi krisis maka dampaknya jelas akan terasa secara nasional. "Yang mencemaskan, belum ada tanda-tanda terjadi pemulihan krisis Eropa, ini menjadi kekhawatiran kita," kata Suhaedi.
Dampak krisis Eropa tersebut, kata Suhaedi, sudah terlihat pada pelemahan pertumbuhan ekonomi secara nasional dari 6,5 persen menjadi 6,3 persen. "Memang penurunan pertumbuhan ekonomi dunia tersebut belum berdampak terlalu berat bagi ekonomi Indonesia, terbukti Indonesia masuk dalam tiga besar dengan pertumbuhan terbaik selain China, India," kata Suhaedi.
Beruntung, kata Suhaedi, sektor perbankan nasional termasuk Sulut belum banyak terpengaruh dengan krisis yang masih terjadi di Eropa tersebut, terlihat pada kinerja keuangan yang masih terbilang tumbuh cukup tinggi. "Namun kondisi ekonomi yang terjadi di belahan dunia tersebut harus menjadi perhatian perbankan, terutama menjaga jangan sampai perbankan juga mengalami krisis, tetapi diupayakan tetap bertahan," kata Suhaedi.