REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini disebut sebagai yang paling rendah dalam beberapa dekade terakhir. Tantangan ketidakpastian ekonomi global, di tengah eskalasi geopolitik, menjadi ujian tersendiri bagi perekonomian nasional dewasa ini.
Hal tersebut disampaikan Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Dicky Kartikoyono, dalam paparan bertajuk Meretas Gelombang Menuju Indonesia Maju dengan Transformasi Digital pada agenda fit and proper test calon Deputi Gubernur BI di Kompleks DPR RI, baru-baru ini.
Dicky mengungkapkan bahwa kondisi perekonomian dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Eskalasi geopolitik terus berlangsung, dan ketidakpastian ekonomi berdampak pada melemahnya pertumbuhan global. Polarisasi ekonomi dinilai telah membawa banyak perubahan dalam tatanan perekonomian dunia.
“Di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian, kita juga melihat dalam beberapa waktu terakhir ini, pertumbuhan ekonomi kita adalah yang terendah dalam beberapa dekade. Sebelum 1970-an, kita bisa tumbuh 7,5 persen karena oil boom,” ungkap Dicky, dikutip dari YouTube, Selasa (22/7/2025).
Ia melanjutkan, pada masa awal Orde Baru, saat sektor manufaktur mulai menjadi motor penggerak, ekonomi Indonesia mampu tumbuh hingga 6,3 persen. Ketika sektor komoditas mendominasi, pertumbuhan tercatat sebesar 5,6 persen.
“Dan sekarang, di tengah berbagai tantangan, pertumbuhan ekonomi kita cenderung stagnan di angka 4,5 persen,” terangnya.
Menghadapi tantangan tersebut, Dicky menekankan pentingnya kebijakan yang bijaksana dari pemerintah agar dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi nasional. “Kita tidak akan menyerah. Sinergi dan kolaborasi antara kementerian/lembaga serta lembaga politik seperti DPR menjadi kata kunci dalam meretas gelombang,” ujarnya.
Dicky menilai, Indonesia masih memiliki potensi ekonomi yang besar. Saat ini, suku bunga acuan (BI Rate) tergolong kompetitif dan diharapkan bisa terus menurun, tentunya dengan mempertimbangkan posisi Fed Fund Rate (FFR).
Dalam konteks pengembangan teknologi, Indonesia memiliki peluang besar melalui tingginya jumlah pengguna media sosial. Komposisi generasi milenial yang melebihi 50 persen dari populasi juga menjadi modal bonus demografi yang potensial.
Dengan berbagai potensi tersebut, Dicky meyakini, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat didorong ke arah yang lebih tangguh dan berkelanjutan, terutama melalui transformasi digital dan sistem pembayaran nasional.