REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Konflik agraria antara warga di Kecamatan Tanjungbatu, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan (Sumsel) dengan PTPN VII masih terus berlanjut. Sampai akhir pekan lalu, aksi unjuk rasa dengan pendudukan lahan dan pemblokiran jalan ke lokasi pabrik gula Cinta Manis masih terjadi.
Akibat aksi tersebut, pabrik gula milik BUMN perkebunan tersebut berhenti produksi. “Aktivitas pabrik kini sejak 25 Mei lalu sudah berhenti total. Pabrik gula Cinta Manis kini sudah berhenti berproduksi,” kata Sonny Soediastanto, Sekretaris Perusahaan PTPN VII, Ahad (27/5).
Sonny mengatakan kepada wartawan bahwa aksi unjuk rasa telah mengancam produksi gula nasional. Aktivitas perekonomian masyarakat pada mata rantai produksi gula juga terancam.
“Sekarang banyak yang kehilangan pendapatan dengan berhentinya aktivitas pabrik, seperti pekerja tebang, muat, usaha angkutan, dan ikutannya yang melibatkan ribuan orang,” katanya.
Aksi unjuk rasa warga yang menuntut pengembalian lahan yang kini dikuasai PTPN VII sudah terjadi sejak 20 Mei lalu. Unjuk rasa yang awalnya hanya dilakukan warga Desa Sribandung, Kecamatan Tanjungbatu, kini meluas. Aksi kini diikuti aksi warga dari 13 desa di sekitar lokasi perkebunan tebu dan pabrik gula Cinta Manis.
Akibat berhentinya operasional pabrik gula Cinta Manus, ada sekitar 2.500 tenaga borong tebang dan muat yang tidak lagi bekerja. Sebanyak 250 tenaga sopir angkutan yang menggantungkan hidupnya dari proses produksi gula juga sudah tidak lagi bekerja sejak 25 Mei lalu.
“Dengan pabrik berhenti produksi, maka para pekerja itu kehilangan mata pencarian,'' kata Sonny. ''Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan kerawanan sosial.''