REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perkebunan Nusantara IV (PalmCo), Subholding dari PTPN III (Persero) mendorong ketahanan pangan dengan mengembangkan pola tumpang sari di lahan sawit yang belum produktif, untuk menanam komoditas jagung dan padi guna mendukung swasembada pangan. Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa mengatakan pihaknya telah mengambil langkah nyata untuk mendukung Astacita Presiden Prabowo Subianto melalui pemanfaatan areal sela lahan sawit yang belum menghasilkan.
“Kami melihat tumpang sari di lahan PSR (Peremajaan Sawit Rakyat) sebagai salah satu strategi adaptif, dan juga bagian dari tanggung jawab korporasi dalam mendukung ketahanan pangan nasional,” kata Jatmiko dalam keterangan di Jakarta, Ahad (6/7/2025).
Ia menjelaskan lahan sawit pada masa tanaman belum menghasilkan (TBM), tanaman ulang, dan konversi dioptimalkan untuk tanam jagung dan padi melalui kemitraan menyeluruh bersama petani, pemda, serta TNI-Polri dalam satu visi swasembada pangan.
Hingga 30 Juni 2025, PalmCo mencatat total realisasi penanaman jagung telah mencapai 140,02 hektare. Hasil produksi sementara tercatat sebesar 16.374 kilogram, berasal dari sejumlah kebun, seperti Sei Dadap, Bangun, Tinjowan, Air Molek I, Kembayan, dan Danau Salak.
Sebagian besar penanaman jagung ini dilakukan bersama kelompok tani binaan dari pemerintah daerah, kepolisian, dan TNI di wilayah Kabupaten Ngabang dan Sanggau Kalimantan Barat; Kabupaten Paser Kalimantan Timur; Kabupaten Banjar di Kalimantan Selatan, serta Sumatera Utara, Riau, Jambi, hingga Provinsi Banten.
Pola tumpang sari padi gogo di lahan PSR menunjukkan hasil menjanjikan, dengan pilot project 51 hektare dan panen 10 ton dari 5 hektare di Muaro Jambi.
Dia menegaskan PalmCo tetap konsisten dalam mendampingi petani sawit melalui program PSR. Dalam tiga tahun terakhir, pihaknya mengawal proses pencairan dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk luasan mencapai 15.321 hektare dari target 22.569 hektare.
Rata-rata produktivitas tanaman menghasilkan (TM) tahun pertama dari petani mitra tercatat sebesar 12,57 ton tandan buah segar (TBS) per hektare per tahun. Angka ini lebih tinggi dari standar nasional sebesar 12 ton yang ditetapkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
Beberapa KUD mencatat hasil luar biasa, seperti KUD Makarti Jaya di Riau yang mampu menghasilkan 18 ton TBS per hektare pada tahun pertama tanam.
Keberhasilan berlanjut di tahun kedua, dengan setengah mitra petani mencatatkan lebih dari 15 ton per hektare, bahkan mencapai 21 ton, melampaui standar nasional.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Heru Tri Widarto menilai hal itu menjadi bukti kuat sinergi antara petani, perusahaan, dan pemerintah.
“Pencapaian ini mencerminkan komitmen dan kolaborasi yang kuat dalam mendukung program Kementerian Pertanian untuk swasembada pangan, khususnya melalui budidaya padi gogo di lahan kering dan area perkebunan,” kata Heru.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto saat melakukan Panen Raya Jagung Serentak Kuartal II di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, Kamis (5/6), menegaskan bahwa swasembada pangan adalah kunci utama kemerdekaan bangsa.
"Saya ulangi, tidak ada bangsa yang merdeka sesungguhnya kalau bangsa itu tidak bisa produksi makannya sendiri. Karena itu perjuangan saya selama saya di politik, pengabdian saya selalu fokus. Saya tidak akan tenang sebelum Indonesia swasembada pangan,” kata Kepala Negara itu pula.