REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR Ecky Awal Mucharam mengemukakan, penurunan nilai tukar rupiah yang cukup signifikan serta ancaman ketidakpastian terkait memburuknya perekonomian global akibat krisis utang AS dan Eropa, harus segera direspons pemerintah. "Penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada saat ini dinilai sudah cukup mengkhawatirkan," kata Ecky di Jakarta, Senin.
Karenanya, ia menambahkan, penurunan nilai kurs yang cukup signifikan itu dan ditambah lagi ancaman ketidakpastian akibat memburuknya perekonomian global saat ini harus mendapat respons cepat pemerintah.
Menurut dia, yang dibutuhkan saat ini adalah sumber devisa yang lebih stabil dan tidak fluktuatif seperti "capital inflow" dari pasar modal dan surat utang.
"Apalagi diperkirakan nilai impor Indonesia akan semakin besar di tahun 2012, kita butuh devisa untuk membiayai impor," kata Ecky.
Menurut politisi PKS itu, impor Indonesia selama ini didominasi impor barang modal dan bahan baku penolong, sementara impor barang konsumsi kecil. Sehingga kalau kinerja impor terganggu maka akan mengganggu kinerja perindustrian secara keseluruhan.
"Impor barang modal mencapai 22 persen, impor bahan baku penolong mencapai 71 persen, sementara impor barang konsumtif hanya sekitar 7 persen. Kalau tidak ada devisa kita tidak bisa mengimpor mesin-mesin dan bahan baku untuk industri kita," katanya.
Untuk itu ia sepenuhnya mendukung langkah Bank Indonesia untuk mengamankan devisa dengan kebijakan penarikan devisa hasil ekspor untuk melindungi perindustrian di dalam negeri.