REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Bank Indonesia mewaspadai kenaikan inflasi kelompok inti yang mulai meningkat. Meskipun demikian, Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di kisaran 6,75 persen.
Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution menyatakan, inflasi inti pada Februari meningkat 0,31 persen dari bulan sebelumnya atau naik menjadi 4,36 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. “ Kenaikan ini dipengaruhi oleh tingginya inflasi volatile foods dan kenaikan harga komoditas internasional,” tuturnya, Jumat (4/3).
Selain itu akibat masih derasnya aliran modal yang masuk ke dalam negeri ikut mempengaruhi inflasi. Faktor lain adalah tekanan yang ditimbulkan oleh penguatan rupiah pada bulan-bulan ke depan. “Barang-barang impor dengan kurs rupiah yang mempengaruhi," jelasnya.
Menurutnya, hingga akhir tahun BI akan mencoba mempertahankan inflasi inti agar bertahan di 5 persen. Selama 8 tahun inflasi inti Indonesia sangat tinggi. “Hanya rendah pada tahun lalu,” ujarnya. Makanya pemerintah tidak menetapkan target inflasi inti yang rendah sekali, hanya pada kisaran 5 plus minus 1. “Kalau diturunkan lagi dengan kebijakan moneter akan sulit. Biayanya mahal, sumbernya dari mana,” katanya.
Sementara inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada Februari sedikit menurun, namun risiko tekanan inflasi ke depan masih cukup tinggi. Penurunannya mencapai 0,13 persen dari bulan sebelumnya atau 6,84 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Koreksi harga beras dan cabai akibat membaiknya pasokan sejalan dengan kebijakan Pemerintah, mempengaruhi inflasi kelompok volatile foods . Inflasi di sektor ini mengalami deflasi sebesar 0,48 dari bulan sebelumnya. Sementara itu, tekanan inflasi kelompok administered prices sejauh ini masih minimal yakni mencapai 0,32 persen dari tahun sebelumnya atau 5,34 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.