REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bank Indonesia memprediksi inflasi Februari akan lebih rendah dibandingkan inflasi pada bulan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. "Ya dia akan di bawah rata-rata tahunan untuk bulan Februari kelihatannya. Sehingga year-on-year nya diperkirakan akan di bawah 7 persen," ujar Gubernur BI Darmin Nasution saat ditemui di Jakarta, Jumat (25/4).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi yoy pada Januari mencapai 7,02 persen dan inflasi komponen inti yoy mencapai 4,18 persen. Untuk Februari ini, Kementerian Keuangan memprediksikan laju inflasi bakal berada di kisaran 0,3-0,5 persen karena dipengaruhi oleh penurunan harga beras akibat mulai masa panen.
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan memperkirakan inflasi selama 2011 akan terkendali dalam tingkat yang rendah jika inflasi selama tiga bulan berikutnya yaitu Februari-April dalam tingkatan yang rendah. "Kalau laju inflasi Februari, Maret, April nanti lunak, barangkali masih ada harapan," kata Rusman.
Ia menyebutkan, laju inflasi tergolong lunak jika hanya mencapai sekitar 0,1 hingga 0,3 persen saja. Sementara, dalam menanggapi tingginya inflasi inti yang dapat membuat target asumsi laju inflasi pada 2011 sebesar 5,3 persen tidak tercapai, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan pemerintah akan terus berdiskusi kepada BI untuk menjaga inflasi inti tidak terlalu tinggi.
"Kita harus mengendalikan inflasi dan BI bersama kita karena daerahnya BI adalah 'core inflation' tapi core kita 4,18 persen sedangkan target nasional 5,3 persen jadi kalau 5,3 persen dikurangi 4,18 persen menjadi 1,1 persen dan dibagi administered dan volatile sangat terbatas, maka kita bicara dengan BI agar core dibawah 4,2 persen," ujarnya.
Ia menjelaskan pemerintah tidak akan melampaui kewenangan BI dalam menjaga inflasi inti, walau hal tersebut harus dilakukan BI. "Musti dibawah 4,2 persen tapi jumlahnya berapa akan bicarakan dengan BI lagi saya tidak mau mendahului karena untuk mencapai 5,3 persen itu areanya tipis sekali," ujar Menkeu.