REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA--Sekitar 60 persen kaum muslim di dunia tinggal di Asia saat ini. Hal itu menjadikan Asia sebagai kawasan paling potensial untuk mengembangkan industri keuangan syariah. Tak heran, Singapura yang bukan merupakan negara mayoritas muslim, bertekad menjadi negara pusat keuangan syariah di Asia.
Namun demikian, para pengamat ekonomi mengatakan, kurangnya tenaga profesional terlatih di bidang keuangan syariah menjadi hambatan serius bagi Singapura guna mewujudkan tekadnya. Guna meningkatkan tenaga profesional terlatih tersebut, Singapura melalui salah satu pelaku industri keuangan syariah mereka, HSBC, membuat terobosan dengan memberikan pelatihan dan pendidikan kepada para guru agama dan sarjana muslim di negera mereka.
HSBC menggandeng Asosiasi Guru Agama dan Sarjana Muslim Singapura (The Singapore Islamic Scholars and Religious Teachers'Association/PERGAS) untuk memberikan pelatihan dan pendidikan keuangan syariah tersebut.
Direktur Utama HSBC Insurance Singapore, Walter de Oude, mengatakan, kegiatan pelatihan dan
pendidikan keuangan syariah bersama PERGAS dilatarbelakangi potensi pertumbuhan industri asuransi syariah di negara mereka.
Saat ini, industri asuransi syariah atau takaful di Negeri Singa mengalami pertumbuhan antara 20 persen sampai 30 persen setiap tahunnya. "Untuk menangkap peluang pertumbuhan ini, HSBC memulai kerja sama pelatihan dan pendidika dengan PERGAS agar mereka memahami seluk-beluk tentang asuransi syariah," ujar Walter seperti diberitakan laman channelnewsasia.com, Selasa (30/11).
Walter melanjutkan, sejauh ini, pengetahun tentang asuransi syariah di kalangan komunitas kaum muslim masih sangat terbatas. Karenanya, HSBC berharap, melalui pelatihan dan pendidikan yang diberikan kepada para guru agama dan sarjana muslim, penyebarluasan pengetahuan tentang takaful bisa lebih cepat terlaksana.
"Nanti kan mereka yang akan membawa pemahaman tentang takaful kepada komunitasnya masing-masing," jelas Walter.
Dikatakan, Program Pelatihan dan Pendidikan Takaful HSBC-PERGAS akan segera dimulai pada bulan Desember 2010. Untuk gelombang pertama, setidaknya sudah ada 20 orang sampai 30 orang peserta yang akan mengikuti pelatihan.
Asisten Direktur Eksekutif PERGAS, Hajah Mohaideen, menyatakan, langkah proaktif yang dilakukan lembaganya diharapkan dapat menambah pengetahuan para guru agama dan sarjana muslim tentang industri keuangan syariah secara umum, khususnya asuransi syariah.
Sebaliknya, program pelatihan juga bisa menjadi wahan untuk sumbangsih pikiran dari para guru agama dan sarjana muslim dalam memberikan pandangan-pandangan syariah terhadap produk takaful. "Kami sadar masih banyak kekurangan dalam aplikasi takaful saat ini, khususnya dari aspek susut pandang agama," imbuh Mohaideen.
Sekadar catatan, industri asuransi syariah global terus tumbuh dari tahun ke tahun dan diproyeksikan mencapai nilai 7,7 miliar dolar AS pada tahun 2012. Sementara itu, industri asuransi syariah Singapura kini sudah mencapai 130 juta dolar AS.
Walter menambahkan, populasi dan komunitas kaum muslim juga terus mengalami pertumbuhan, baik dalam jumlah maupun tingkat kesejahteraan mereka. Seiring dengan itu, kaum muslim tentu akan membutuhkan solusi keuangan yang sesuai dengan prinsip hidup mereka.
"Sehingga sangat pasti, pertumbuhan kaum muslim akan sejalan dengan kebutuhan solusi keuangan mereka. Kami yakin, industri keuangan syariah pun akan tumbuh sangat kuat beberapa tahun ke depan," papar Walter.
Dia menegaskan, wahana pelatihan dan pendidikan tentang keuangan syariah akan banyak tersedia di Singapura dalam kurun waktu yang tidak lama. Sekadar contoh, Singapore Management University berencana membuka Program Keuangan Islam pada tahun 2012.
"Ke depan kami yakin pendidikan tentang keuangan syariah akan menjamur di Singapura," tandas Walter.