REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON--Dana Moneter Internasional (IMF) pada Kamis memuji kenaikan suku bunga Cina pekan ini, dan meminta Amerika Serikat menimbang dengan hati-hati setiap langkah untuk mendukung pemulihan ekonomi yang lemah. "Kami mendukung keputusan bank sentral Cina menaikkan suku bunganya," kata seorang juru bicara IMF, David Hawley, menanggapi pertanyaan dalam pengarahan singkat di markas lembaga itu di Washington.
"Mengingat laju pemulihan di Cina, itu tepat bahwa bank sentral akan terus menarik stimulus moneter dan mengembalikan laju pertumbuhan kredit ke tingkat lebih normal," tambahnya. Cina pada Selasa mengumumkan akan menaikkan dua suku bunga utama masing-masing seperempat poin, efektif Rabu, dalam upaya untuk mendinginkan inflasi di tengah pertumbuhan kuat ekonomi.
Pada Kamis, Beijing mengatakan perekonomian berkembang pada tingkat tahunan sebesar 9,6 persen pada kuartal ketiga, sedikit melambat dari kecepatan kuartal sebelumnya 10,3 persen. Harga-harga konsumen melonjak 3,6 persen pada September saja, peningkatan terbesar dalam dua tahun. Berbeda dengan pengetatan kebijakan moneter di Cina, Amerika
Amerika secara luas diperkirakan untuk melanjutkan pemompaan miliaran dolar untuk menopang pemulihan yang lemah dari resesi terburuk sejak Depresi Besar. Ketua Federal Reserve Ben Bernanke telah jelas menunjukkan ia menyokong putaran baru pembelian aset utama, yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif (QE). Bank sentral telah mempertahankan tingkat suku bunga utamanya di hampir nol sejak Desember 2008 dan telah menandakan tidak ada perubahan dalam kebijakan itu "untuk sebuah perpanjangan waktu."
Ditanya tentang QE baru, diperkirakan akan diumumkan pada akhir pertemuan dua hari penentu kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 3 November, jawab Hawley dalam hal global. "Kita harus mengakui bahwa setiap tindakan kebijakan moneter atau fiskal oleh AS atau negara penting lain secara sistemik pasti membawa implikasi bagi negara-negara lain," katanya.
"Dan ini hanya berfungsi untuk menggarisbawahi apakah posisi kita itu sebuah respon kebijakaan terkoordinasi yang penting untuk memastikan bahwa manfaat dari kebijakan satu negara lebih luas dibagi bersama." Ekonom dari beberapa negara berkembang besar, seperti Cina dan Brazil, menuduh Amerika Serikat menjadi penyebab utama dalam ketidakseimbangan mata uang global dengan membanjiri sistem keuangan dengan dolar untuk mencari hasil yang lebih tinggi di ekonomi-ekonomi yang tumbuh dengan cepat.
IMF berencana untuk mempublikasikan penelitian mengenai dampak dari kebijakan ekonomi "kekuatan utama" pada negara-negara lain. Dana 187 negara sedang "mempertajam pengawasan kerja analisis ekonomi," kata Hawley.